Taper Tantrum Bakal Datang Lebih Cepat, Kudu Panik Gak?

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
08 June 2021 12:55
Infografis: Bukan Cuma Korsel, Ini 5 Negara yang Duluan Resesi
Foto: Infografis/Bukan Cuma Korsel, Ini 5 Negara yang Duluan Resesi/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Gejolak pasar keuangan dunia akibat adanya aksi dari pengurangan aset oleh The Fed di Amerika Serikat (AS) atau tapering off memang sebuah keniscayaan. Bahkan diperkirakan bisa datang lebih cepat.

Hal tersebut disampaikan oleh Chief Economist BRI, Anton Hendranata dalam program Squawk Box CNBC Indonesia TV, Selasa (8/6/2021).

Komunikasi Bank Sentral AS, menurut Anton akan menjadi penting. Kebijakan apa saja yang harus mereka tempuh harus dikomunikasikan dengan baik kepada pelaku pasar dan harus jelas pesannya. Sehingga kejadian taper tantrum seperti 2013 tidak terulang.

"Saya kira impact negatifnya bisa dimitigasi negara lain. Bisa dimitigasi pasar keuangan, bisa dimitigasi investor di negara berkembang, termasuk Indonesia," jelas Anton.

Lagi pula, Bank Sentral AS juga sudah belajar dari pengalaman 2013 silam, karena sinyal yang kurang jelas diberikan oleh The Fed saat ini. Akhirnya berimbas terhadap merosotnya ekonomi-ekonomi negara berkembang termasuk Indonesia.

Sementara, jika dibandingkan kondisi ekonomi saat ini dengan 2013 lalu, kata Anton, saat itu perekonomian di AS bergerak mix, sementara di 2021 antara supply dan demand side tumbuh positif secara beriringan.

"Tapering off waktu 2013 inflasi relatif fluktuatif. Meskipun di 2011 ada lonjakan, tapi di 2012 turun dan 2013 kemudian pada level 1,5% sampai 2%. Tidak seperti 2021 dengan kenaikan dahsyat sampai 4,2% per April 2021," jelas Anton.

"Oleh karena itu, dugaan saya, gejolak di pasar keuangan dunia akan lebih kecil dari taper tantrum 2013. Dengan kondisi seperti sekarang, indikator ekonomi AS dan saya pikir pelak pasar sudah price in dengan situasi ini," tuturnya.

Selain itu juga, jika AS mulai melakukan tapering off, koordinasi antara pemerintah dan otoritas terkait seperti Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga harus berjalan dengan baik.

"Makin mematangkan koordinasi antara pemerintah, BI, OJK, LPS di KSSK untuk bersatu mengatasi situasi terburuk di Indonesia dan ini terbukti, kita mengalami resesi 2020, tidak separah negara-negara lain di dunia. hanya kontraksi 2,1%," jelas Anton.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Harus Lakukan Ini Biar Tak Terpuruk Seperti 2013

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular