BI Yakin Tapering Fed Tak Akan Bawa RI ke Mimpi Buruk 2013

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
08 June 2021 11:10
FILE PHOTO - The logo of Indonesia's central bank, Bank Indonesia, is seen on a window in the bank's lobby in Jakarta, Indonesia September 22, 2016.  REUTERS/Iqro Rinaldi/File Photo
Foto: REUTERS/Iqro Rinaldi

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) melihat arah kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (The Federal Rerseve/The Fed) masih dinamis. Namun, bank sentral masih melihat adanya sinyal dimulainya fase tapering off.

Otoritas moneter memperkirakan Jerome Powell Cs akan mengumumkan fase tapering off paling cepat pada Agustus, yakni kala pertemuan Jackson Hole Symposium.

Menelisik ke belakang, fenomena tapering off pernah terjadi pada sekitar 2013 - 2015. Kala itu, normalisasi kebijakan Fed memukul mata uang sejumlah negara, tak terkecuali Indonesia.

Lantas, apakah dampak tapering off terhadap perekonomian akan seperti sebelumnya?

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Hariyadi Ramelan mengaku cukup optimistis dampak dari tapering off Fed tidak akan sebesar pengaruhnya seperti 2013 - 2015.

Salah satu indikator yang menjadi perhatian bank sentral adalah porsi kepemilikan asing terhadap surat utang negara yang sudah turun. Hal tersebut, memang selama ini membuat perekonomian domestik cukup rentan.

"Faktor non residen yang selama ini jadi aktor di pasar yang juga mengidentifikasi pengaruh SBN offshore sangat besar. Tapi kami yakinkan pangsa pasar non residen sudah turun," kata Hariyadi dalam Squawk Box CNBC Indonesia, Selasa (8/6/2021).

Berdasarkan catatan BI, kepemilikan asing terhadap surat utang negara saat ini sudah berada di angka 23%. Ini berbanding terbalik dengan porsi kepemilikan asing terhadap surat utang pada 2013 yang mencapai 38%.

"Artinya apa? Investor yang residen lebih dominan dari non residen. Tentu kita antisipasi memang waktu pandemi outflow jumlahnya lebih besar Rp 170 triliun dibandingkan waktu taper tantrum hanya Rp 23 triliun," katanya.

Selain itu, BI merasa fundamental perekonomian domestik pun masih kuat tercermin dari defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang terjaga, inflasi yang terkendali, serta cadangan devisa yang mumpuni.

"Dan kita tau bahwa BI saat ini sudah memiliki instrumen DNDF sebagai bagian dari triple intervention selain pasar spot dan pembelian SBN. Mudah-mudahan in assure investor domestik atau global kita tetap baik ke depan," katanya.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jadi Momok! Bos BI Ungkap Kekhawatiran Taper Tantrum Berulang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular