Bursa Asia Berakhir Menguat, Hang Seng Melemah Sendirian!

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
07 June 2021 17:01
FILE PHOTO: An investor looks at an electronic screen at a brokerage house in Hangzhou, Zhejiang province, January 26, 2016.  REUTERS/China Daily
Foto: REUTERS/China Daily

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia ditutup menguat pada perdagangan Senin (7/6/2021), karena mayoritas investor merespons positif terhadap data ekonomi terbaru China yang dirilis pada hari ini.

Dari indeks utama Asia hari ini, hanya indeks Hang Seng Hong Kong saja yang berakhir di zona merah pada perdagangan awal pekan ini, di mana indeks Hang Seng ditutup melemah 0,45% ke level 28.787,28.

Sementara sisanya berakhir di zona hijau alias menguat pada hari ini. Indeks Nikkei Jepang ditutup menguat 0,27% ke posisi 29.019,24, Shanghai Composite China tumbuh 0,21% ke 3.599,54, Straits Times Singapura melesat 0,79% ke 3.175,81, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,37% ke 3.252,12.

Sementara untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik tipis 0,08% ke 6.069,94 pada hari ini.

Bursa saham Hang Seng melemah karena investor bereaksi terhadap data perdagangan China yang beragam.

Dari data ekonomi China, impor Negara Tirai Bambu tersebut tumbuh pada laju tercepatnya dalam 10 tahun pada Mei tahun ini, didorong oleh lonjakan harga komoditas, terutama batu bara.

Impor Negeri Tirai Bambu pada Mei tercatat naik signifikan menjadi 51,1%, dari sebelumnya pada April lalu di level 43,1%, berdasarkan data dari Trading Economics.

Sementara pertumbuhan ekspor China meleset dari ekspektasi, yang kemungkinan terbebani oleh gangguan yang disebabkan oleh kasus virus corona (Covid-19) di pelabuhan-pelabuhan utama di bagian selatan negara itu.

Berdasarkan data dari Trading Economics, ekspor China pada Mei tercatat turun menjadi 27,9%, dari sebelumnya pada April lalu di level 32,3%.

"Ekspor sedikit mengejutkan pasar hari ini, karena angkanya menurun, mungkin saja karena kasus Covid-19 di provinsi Guangdong yang memperlambat omset di pelabuhan Shenzhen dan Guangzhou," kata Zhiwei Zhang, kepala ekonom di Pinpoint Asset Management, dikutip dari Reuters.

Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), angka pengangguran Negeri Paman Sam per Mei membaik menjadi 5,8% dari posisi April sebesar 6,1%, sementara penyerapan tenaga kerja baru mencapai 559.000 pada bulan tersebut. Angka tersebut dinilai moderat, karena menunjukkan pemulihan ekonomi tanpa harus mengetatkan moneter.

Selanjutnya, pelaku pasar bakal memantau rilis indeks harga konsumen (IHK) per Mei pada Kamis (10/6/2021) mendatang.

Sebelumnya, inflasi AS pada April melesat 4,2% secara tahunan (year-on-year/YoY), menjadi laju yang tercepat sejak 2008. Jika inflasi terus menguat, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan mulai mengetatkan kebijakan moneternya.

Investor juga terus memantau kesepakatan negara G-7 terkait dengan reformasi pajak secara global, menyerukan perlunya perusahaan-perusahaan besar lintas-negara membayar pajak minimal sebesar 15% dari laba mereka.

Mayoritas perusahaan teknologi global seperti Facebook dan Google menyetujui kesepakatan G-7 tersebut, mengingat angka itu masih lebih rendah dari proposal Presiden AS Joe Biden yang semula menginginkan tarif pajak 21%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular