Pelaku Pasar Mulai Borong Rupiah, tapi kok Kursnya Melemah?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 June 2021 17:15
Jerome Powell (REUTERS/Erin Scott)
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Tapering merupakan kebijakan mengurangi nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) bank sentral AS (The Fed). Ketika hal tersebut dilakukan, maka aliran modal akan keluar dari negara emerging market dan kembali ke Negeri Paman Sam. Hal tersebut dapat memicu gejolak di pasar finansial yang disebut taper tantrum.

Wacana tapering sebenarnya sudah diredam oleh The Fed dalam beberapa bulan terakhir. Tetapi kini Presiden The Fed wilayah Philadelphia, Patrick Harker, kembali membuka wacana tersebut.

Harker mengatakan perekonomian AS terus menunjukkan pemulihan dari krisis virus corona dan pasar tenaga kerja terus menunjukkan penguatan, dan menjadi saat yang tepat bagi The Fed untuk mulai memikirkan tapering.

"Kami berencana mempertahankan suku bunga acuan di level rendah dalam waktu yang lama. Tetapi ini mungkin saatnya untuk mulai memikirkan pengurangan program pembelian aset yang saat ini senilai US$ 120 miliar," kata Harker sebagimana dilansir Reuters.

Isu tapering tersebut semakin menguat setelah rilis data tenaga kerja AS versi Automatic Data Processing Inc. (ADP) yang lebih bagus dari perkiraan.

ADP kemarin melaporkan sepanjang bulan Mei sektor swasta AS menyerap 978.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian. Penambahan tersebut jauh lebih banyak ketimbang bulan sebelumnya 654.000 tenaga kerja.

"Data tenaga kerja yang lebih baik dari prediksi membuat para trader berhati-hati. Mereka mempersiapkan kemungkinan pernyataan tapering atau kenaikan suku bunga dari The Fed, meski tidak dalam waktu dekat" kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (4/6/2021).

Data dari ADP ini biasanya dijadikan acuan rilis data tenaga kerja versi pemerintah AS yang dikenal dengan istilah non-farm payrolls (NFP), yang akan dirilis malam ini. Hasil survei dari Dow Jones memperkirakan NFP sepanjang bulan Mei sebanyak 671.000 pekerja, naik dari bulan sebelumnya 266.000 tenaga kerja.

Meski demikian, perhatian utama akan tertuju pada rapat kebijakan moneter The Fed pada 16 dan 17 Juni mendatang. Pelaku pasar akan melihat apakah The Fed benar mulai mempertimbangkan tapering atau masih mempertahankan sikapnya untuk melihat perkembangan perekonomian yang substansial.

Jika The Fed benar mulai mempertimbangkan tapering, maka dolar AS akan makin perkasa dan rupiah sulit untuk menguat. Sebaliknya, jika The Fed menegaskan belum mempertimbangkan tapering, maka jalan lapang bagi rupiah untuk kembali melesat.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Sekedar Mengingatkan, Ini Ngerinya Taper Tantrum Bagi Rupiah

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular