
Manufaktur RI Cetak Rekor, Rupiah Anti Tekor!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Rilis data ekonomi terbaru membuat pelaku pasar mengapresiasi prospek ekonomi Indonesia.
Pada Selasa (2/6/2021), US$ 1 dihargai Rp 14.230 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,32% dibandingkan posisi penutupan sebelum libur Hari Kelahiran Pancasila.
Pagi ini, IHS Markit membawa kabar gembira. Pada Mei 2021, aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah.
IHS Markit melaporkan PMI manufaktur Indonesia berada di 55,3. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 54,6 sekaligus kembali menjadi rekor tertinggi sepanjang pencatatan yang dimulai pada April 2011.
"Dua komponen utama penyumbang kenaikan PMI adalah produksi (output) dan pemesanan baru (new orders). Perusahaan membukukan peningkatan permintaan yang signifikan, didukung oleh permintaan eksternal yang tumbuh dua bula beruntun. Untuk memenuhi permintaan, dunia usaha meningkatkan pembelian bahan baku/penolong," sebut keterangan tertulis IHS Markit.
Ada kabar baik lain yaitu lapangan kerja mulai semakin tercipta. Dunia usaha akhirnya melakukan ekspansi tenaga kerja untuk kali pertama dalam 15 bulan terakhir untuk memenuhi peningkatan produksi.
Secara umum, dunia usaha tetap optimistis terhadap prospek perekonomian ke depan. Hampir tiga perempat responden memperkirakan produksi akan tetap meningkat dalam 12 bulan ke depan seiring perbaikan ekonomi dan penanganan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang memadai.
Sektor manufaktur adalah kunci di perekonomian Tanah Air. Sektor ini menjadi penyumbang terbesar Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi lapangan usaha.
Oleh karena itu, sepertinya prospek ekonomi Indonesia bakal cerah secerah sektor manufaktur. Investor pun angkat topi dan memberi apresiasi.
"Sektor manufaktur Indonesia kembali tumbuh dan mencatatkan rekor baru. Perusahaan memberi sinyal peningkatan permintaan dan produksi sehingga mulai menambah tenaga kerja. Ini adalah perkembangan yang menggembirakan.
"Oleh karena itu, menjadi sangat penting untuk mempertahankan pandemi tetap terkendali, terutama melihat apa yang terjadi di beberapa negara Asia. Dengan begitu, pemulihan ekonomi tidak akan terganggu," papar Jingyi Pan, Economics Associate Director IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Dolar AS Ngamuk, Rekor Tertinggi 20 Tahun!
