
Mayoritas Bursa Asia Menguat, Nikkei Merosot, IHSG Juara!

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas Bursa Asia terpantau ditutup menguat pada perdagangan Senin (31/5/2021), setelah rilis Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) sektor manufaktur China yang turun tipis pada Mei 2021.
Tercatat indeks Hang Seng Hong Kong ditutup turun tipis 0,09% ke level 29.151,80, Shanghai Composite China menguat 0,41%, KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,48% ke 3.203,92, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 1,69% ke 5.947,46.
Sedangkan untuk indeks Nikkei Jepang ditutup merosot 0,99% ke posisi 28.860,08 dan Straits Times Singapura melemah 0,45% ke 3.164,28.
Sementara itu, pasar saham di Malaysia turun lebih dari 1% pada hari ini, karena investor di Negara Jiran tersebut kembali khawatir akibat naiknya kasus infeksi virus corona (Covid-19).
Pemerintah setempat kembali memberlakukan penguncian nasional secara total (full lockdown) untuk semua sektor sosial dan ekonomi mulai Selasa (1/6/2021) hingga 14 Juni 2021.
Pengumuman terkait hal tersebut disampaikan oleh Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin, Yassin pada Jumat (28/5/2021) lalu.
"Hanya sektor ekonomi dan jasa penting yang akan diizinkan untuk beroperasi," kata Muhyiddin, dikutip dari Straits Times.
Per Jumat, Malaysia melaporkan 8.290 kasus baru Covid-19. Angka itu merupakan yang tertinggi dalam sejarah pandemi corona di Malaysia. Kini total kasus kumulatif sejak dimulainya pandemi di Malaysia menjadi 565.533 infeksi dan 2.729 kematian per Senin (31/5/2021). Kemarin, kasus harian sedikit turun ke 6.999.
Di lain sisi, investor di Asia merespons beragam dari rilis data indeks manajer pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) manufaktur China untuk periode Mei 2021 dan data penjualan ritel Jepang-Korea Selatan pada April 2021.
Badan Statistik Nasional (National Bureau Statistic/NBS) China melaporkan PMI manufaktur China pada periode Mei 2021 tercatat turun 0,1 poin ke angka 51, dari sebelumnya pada April lalu di angka 51,1. Walaupun turun sedikit, namun aktivitas manufaktur China masih ekspansif.
Angka PMI China pada April 2021 sedikit meleset dari perkiraan Reuters yang memperkirakan PMI manufaktur China masih di angka 51,1.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya berarti kontraksi, dan di atas 50 berarti ekspansi.
Sementara itu dari Jepang dan Korea Selatan, data penjualan ritel pada April 2021 juga telah dirilis pada pagi hari ini.
Penjualan ritel Jepang naik 12% pada April (year-on-year/YoY), dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020 yang berada di level 5,2%. Angka ini bertentangan dengan perkiraan pasar dari Reuters yang memperkirakan naik menjadi 15,3%.
Sedangkan secara bulanan (month-on-month/MoM), penjualan ritel Negeri Sakura pada April tercatat turun menjadi -4,5%, dari sebelumnya pada Maret sebesar 1,2%.
Sementara di Korea Selatan, penjualan ritel pada April 2021 turun menjadi 8,6% (YoY), dari sebelumnya pada periode yang sama tahun 2020 di level 10,9%. Adapun secara bulanan (MoM), penjualan ritel Negeri Ginseng pada April tercatat masih sama dengan Maret lalu, yakni sebesar 2,3%.
Beberapa indeks saham Asia yang mengalami penguatan pada hari ini cenderung mengikuti pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (28/5/2021) akhir pekan lalu, di tengah harapan bahwa angka pengangguran di AS kembali positif pada Mei, yang mengindikasikan berlanjutnya pemulihan ekonomi global.
Di lain sisi, dolar AS menyentuh titik tertingginya dalam 2 bulan, sementara harga emas melampaui angka US$ 1.900 karena investor memburunya untuk lindung nilai asetnya melawan inflasi. Inflasi inti AS saat ini tercatat naik di atas target bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
