Waspada Lockdown, Kurs Dolar Singapura di Bawah Rp 10.800/SG$

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Nilai tukar dolar Singapura belum banyak bergerak melawan rupiah pada perdagangan Senin (31/5/2021), tertahan di bawah Rp 10.800/SG$. Pelaku pasar menanti pengumuman Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong, terkait pandemi penyakit virus corona (Covid-19).
Pada pukul 10:41 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.793,71, dolar Singapura nyaris stagnan dibandingkan posisi akhir Jumat pekan lalu, berdasarkan data dari Refinitiv.
Pelaku pasar kini mulai berhati-hati sebab kasus Covid-19 sedang mengalami peningkatan di Singapura. Malaysia, tetangga dekat Singapura juga mengalami hal yang sama, dan akan melakukan lockdown nasional mulai Selasa besok.
PM Singapura akan memberikan pernyataan pada pukul 16:00 waktu setempat dan dapat disaksikan langsung melalui halaman Facebook-nya.
Pengumuman tersebut muncul melalui postingan Facebook Lee pada Minggu (30/5/2021). Dalam postingan itu Lee juga mengatakan jumlah kasus komunitas baru stabil selama dua minggu terakhir.
"Langkah-langkah kami yang diperketat untuk menjaga keamanan warga Singapura berhasil," kata Lee, berterima kasih kepada masyarakat karena tetap tinggal di rumah dan mematuhi pedoman.
"Saya bermaksud untuk berbagi dengan Anda bagaimana kami berencana untuk mengendalikan Covid-19, sambil secara progresif membuka diri lagi," ujarnya.
Pada Jumat lalu, Menteri Keuangan Lawrence Wong mengatakan bahwa tidak perlu "pengetatan postur lebih lanjut". Karena tindakan Covid-19 yang lebih ketat kini sudah "berdampak dalam mengendalikan penyebaran virus".
Wong, yang juga ketua bersama satuan tugas multi-kementerian Covid-19, mengatakan bahwa pemerintah akan memberikan pembaruan rinci pada konferensi pers satuan tugas berikutnya. Rencananya hal itu juga dilakukan Senin ini.
Sementara itu Indonesia juga mengalami kenaikan kasus Covid-19. Jumlah kasus Covid-19 beberapa kali di atas 6.000 di pekan lalu, termasuk 2 hari terakhir. Rata-rata dalam 2 pekan terakhir juga naik menjadi 5.449 kasus, dibandingkan 2 pekan sebelumnya 4.463 kasus.
Kenaikan tersebut tentunya memicu kecemasan pasar akan kemungkinan lonjakan kasus Covid-19 pasca libur Lebaran, yang tentunya berisiko memperlambat pemulihan ekonomi jika pembatasan sosial kembali diketatkan.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!
