
Diburu Pelaku Pasar Lagi, Rupiah ke Rp 14.100/US$ Pekan Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sepanjang pekan lalu menguat 0,49% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.280/US$. Mata Uang Garuda kembali ke jalur positif setelah pekan lalu menghentikan penguatan 4 pekan beruntun. Di pekan ini potensi berlanjutnya penguatan terbuka cukup lebar melihat rupiah yang mulai diburu pelaku pasar lagi.
Capital inflow yang terjadi pada pekan lalu membuat rupiah perkasa. Dari pasar saham investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 861 miliar di pasar reguler, dan Rp 2,11 triliun jika ditambah dengan pasar nego dan tunai.
Dari pasar obligasi berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang pekan ini hingga Kamis (27/5/2021), terjadi capital inflow di pasar obligasi sebesar Rp 1,64 triliun.
Kabar baik lainnya datang bagi rupiah setelah 3 bulan lamanya. Para pelaku pasar kini kembali mengambil posisi beli (long) rupiah setelah mengambil posisi jual (short) sejak akhir Februari lalu. Hal tersebut terlihat dari survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters.
Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.
Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.
Dari 10 mata uang Asia yang disurvei Reuters, pelaku pasar kin mengambil posisi long terhadap 4 mata uang Asia, salah satunya rupiah.
Survei terbaru yang dirilis Kamis (20/5/2021) menunjukkan angka untuk rupiah di -0,06, berbalik dari 2 pekan lalu 0,31. Ini merupakan kali pertama dalam 6 survei terakhir pelaku pasar mengambil posisi long rupiah.
Selain itu di pekan ini akan dirilis data aktivitas manufaktur Indonesia yang bisa menunjukkan momentum pemulihan ekonomi.
IHS Markit di awal bulan ini melaporkan aktivitas manufaktur yang dicerminkan dengan Purchasing Managers' Index (PMI) pada April 2021 sebesar 54,6. Naik dari bulan sebelumnya yaitu 53,2 dan mencapai titik tertinggi sepanjang sejarah pencatatan.
"Kunci dari perbaikan ini adalah pertumbuhan pemesanan baru (new orders) yang sangat pasar. Dunia usaha melakukan ekspansi yang signifikan, dan mencatat rekor tertinggi sejak survei dilakukan pada April 2011," sebut keterangan resmi IHS Markit, Senin (3/5/2021).
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Angka di atas 50 menunjukkan dunia usaha tengah dalam fase ekspansi.
Pada Rabu (2/6/2021) nanti, Markit akan merilis data PMI manufaktur bulan Mei, jika kembali menunjukkan peningkatan tentunya akan memberikan optimisme perekonomian Indonesia bangkit di kuartal II-2021.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Analisis Teknikal Tunjukkan Peluang Rupiah ke Rp 14.100/US$
