Analisis Teknikal

Hari Kejepit & Kasus Covid-19 Naik, Waspada IHSG Merosot!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
31 May 2021 08:26
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada pekan lalu, optimisme akan bangkitnya perekonomian Indonesia membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu mencatat penguatan.

Namun, pada perdagangan kejepit Senin (31/5/2021), sebab besok libur Hari Lahir Pancasila, ada berisiko IHSG akan tertekan akibat kenaikan kasus penyakit virus corona (Covid-19).

IHSG yang sebelumnya menyentuh level terendah dalam lebih dari 3 bulan terakhir berhasil rebound, menguat 1,3% ke 5.848,616 sepanjang pekan lalu. Data pasar mencatat investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 861 miliar di pasar reguler, dan Rp 2,11 triliun jika ditambah dengan pasar tunai. Nilai transaksi juga termasuk besar, Rp 66,6 triliun dalam 4 hari perdagangan.

Di pekan ini lonjakan kasus Covid-19 di Asia akan menjadi perhatian. Malaysia, tetangga dekat Indonesia akan kembali menerapkan lockdown nasional secara total untuk semua sektor sosial dan ekonomi mulai Selasa, 1 Juni 2021 hingga 14 Juni 2021.

Hal tersebut dilakukan setelah pada Jumat (28/5/2021) negara itu memecahkan rekor infeksi harian baru dengan angka 8.290 kasus infeksi. Angka tersebut angka yang tertinggi dalam sejarah pandemi Covid-19 di Malaysia.

Penambahan kasus Covid-19 di Indonesia juga menjadi perhatian. Jumlah kasus Covid-19 beberapa kali di atas 6.000 di pekan lalu, termasuk 2 hari terakhir. Rata-rata dalam 2 pekan terakhir juga naik menjadi 5.449 kasus, dibandingkan 2 pekan sebelumnya 4.463 kasus.

Kenaikan tersebut tentunya memicu kecemasan pasar akan kemungkinan lonjakan kasus Covid-19 pasca libur Lebaran, yang tentunya berisiko memperlambat pemulihan ekonomi jika pembatasan sosial kembali diketatkan.

Secara teknikal, IHSG memangkas penguatan setelah menyentuh resisten di kisaran 5.890/5.900 dalam 2 perdagangan terakhir. Artinya, level tersebut menjadi resisten yang kuat, dan perlu dilewati secara konsisten agar bisa melanjutkan penguatan.

Indikator stochastic pada grafik harian berada di wilayah jenuh jual (oversold).

jkseGrafik: IHSG Harian 
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Artinya, IHSG berpeluang naik melihat stochastic harian yang berada di wilayah oversold.

Sementara itu pada grafik 1 jam, stochastic bergerak turun setelah mencapai wilayah overbought.

jkseGrafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Seperti disebutkan sebelumnya, resisten di kisaran 5.890 hingga 5.900 harus dilewati agar IHSG bisa melaju lebih kencang. Target terdekat di kisaran 5.930.

Namun, selama tertahan di bawah resisten, IHSG berisiko melemah ke support terdekat berada di kisaran 5.830. Jika dilewati IHSG berisiko merosot ke 5.800 sebelum menuju 5.775.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular