
Bye-bye Bitcoin cs! Harga Emas Akhirnya Meroket Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia melesat lagi sepanjang pekan ini hingga menembus ke atas US$ 1.900/troy ons. Ekspektasi tingginya inflasi di Amerika Serikat (AS) serta jebloknya harga kripto, Bitcoin dkk, serta the greenback menjadi pemicu penguatan logam mulia ini.
Berdasarkan data dari Refinitiv, emas sepanjang pelan ini melesat 1,2% ke US$ 1.902,64/troy ons. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak 8 Januari lalu. Tidak hanya itu, emas kini sudah membukukan penguatan 4 pekan beruntun dengan persentase total 7,6%.
Berbanding terbalik dengan kenaikan harga emas, mata uang kripto yang digadang-gadang sebagai emas digital, Bitcoin, justru jeblok dalam 2 pekan sebelumnya. Pekan lalu, Bitcoin jeblok lebih dari 26%, sementara pekan sebelumnya nyaris 24%. Sementara di pekan ini naik 3% saja.
Para analis mengatakan jebloknya Bitcoin tersebut menjadi salah satu pemicu kenaikan harga emas.
Sementara itu, Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (28/5/2021) lalu melaporkan data inflasi berdasarkan personal consumption expenditure (PCE). Data tersebut merupakan inflasi acuan bagi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Inflasi PCE inti dilaporkan tumbuh 3,1% year-on-year (yoy) di bulan April, jauh lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya 1,8% yoy. Rilis tersebut juga lebih tinggi ketimbang hasil survei Reuters terhadap para ekonomi yang memprediksi kenaikan 2,9%. Selain itu, rilis tersebut juga merupakan yang tertinggi sejak Juli 1992, nyaris 30 tahun terakhir.
Meski demikian, The Fed memprediksi tingginya inflasi hanya sementara, dan ke depannya akan kembali melandai. Sehingga kebijakan ultra-longgar belum akan dirubah, yang tentunya memberikan keuntungan bagi emas.
"Betul, kita akan melihat inflasi yang lebih tinggi. Namun sebagian besar bersifat temporer. Akan tiba saatnya kita akan bicara soal perubahan kebijakan moneter, tetapi tidak sekarang saat pandemi belum usai," kata James Bullard, Presiden The Fed cabang St Louis, dalam wawancara dengan Yahoo Finance.
Untuk pekan depan, hasil survei yang dilakukan Kitco menunjukkan emas diprediksi masih akan menanjak lagi. Dari 14 analis di Wall Street yang disurvei, sebanyak 57% memberikan proyeksi bullish (tren naik), 21,5% bearish (tren turun) dan sisanya netral.
Sementara survei terhadap pelaku pasar atau yang disebut Main Street menunjukkan sebanyak 67% dari 1.236 partisipan memberikan proyeksi bullish, 17% bearish dan sisanya netral.
"Emas perlahan akan naik. Jika ekspektasi inflasi semakin tinggi, maka emas akan menjadi pelarian pelaku pasar. Satu hal yang perlu kita perhatikan adalah dolar AS. Jika indeks dolar AS kembali ke level 93 hingga 94, maka akan sulit bagi emas untuk melanjutkan penguatan. Sementara jika indeks dolar AS di kisaran 90, maka akan bagus bagi emas," kata John Meyer, co-director di Walsh Trading, sebagaimana dilansir Kitco, Jumat (28/5/2021).
Indeks dolar AS sepanjang pekan ini stagnan di kisaran 90,031 setelah sebelumnya sempat merosot ke 89,535. Level tersebut merupakan yang terendah sejak 7 Januari.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cuan Gilak! Beli Emas di Awal 2020 Sudah Untung Berapa Nih?