
Tutup Bisnis Broker di RI, Begini 'Isi Dompet' Morgan Stanley

Berdasarkan laporan MS, sebetulnya perusahana masih mendapat keuntungan selisih kurs sebesar Rp 3,68 miliar dari sebelumnya yang rugi kurs Rp 340,43 juta. Hanya, ini tak banyak membantu lantaran pendapatan perusahaan turun di tengah pandemi.
Sebagai perbandingan, kinerja pendapatan MS sebetulnya turun banyak di 2020, mengingat di 2019 masih oke.
Pendapatan MS di 2019 mencapai Rp 156,01 miliar, naik 53% dari Rp 101,97 miiar di 2018. Laba 2019 juga meroket 594% menjadi Rp 61,59 miliar dari sebelumnya hanya Rp 8,87 miliar di 2018.
Manajemen MS menyatakan dalam laporan keuangan bahwa ada dampak pandemi. Pemerintah di seluruh dunia telah berupaya mengembangkan, memproduksi, dan mendistribusikan vaksin Covid-19.
Selain itu, pemerintah dan bank sentral telah bertindak terhadap krisis ekonomi yang disebabkan oleh pandemi dengan menerapkan program stimulus dan likuiditas serta memangkas suku bunga.
"Jika pandemi ini berkepanjangan atau tindakan pemerintah dan bank sentral tidak berhasil, termasuk tindakan untuk memfasilitasi distribusi vaksin yang efektif secara komprehensif, dampak buruk pada ekonomi global akan semakin dalam, dan hasil operasi dan kondisi keuangan perusahaan dan Grup Morgan Stanley di masa depan mungkin terkena dampak buruknya," tulis manajemen MS dalam laporan keuangan.
Per Desember 2020, perusahaan mempunyai tiga orang direktur dan 19 orang karyawan, bandingkan dengan 2019 yakni empat orang direktur dan 18 orang karyawan.
Induk utama perusahaan yang membawahi dan mengendalikan entitas adalah Morgan Stanley, di mana bersama sama dengan perusahaan dan entitas anak Morgan Stanley lainnya tergabung dalam Grup Morgan Stanley. Morgan Stanley beroperasi di negara bagian Delaware, Amerika Serikat (AS).
Di sisi lain, kendati menutup bisnis broker, MS masih memiliki izin sebagai Penjamin Emisi Efek alias bisnis underwriter.
Saat ini, saham MS dipegang oleh Morgan Stanley Asia (Singapore) Pte. sebesar 99% dan PT Morgan Stanley Indonesia sebesar 1%.
Perusahaan ini memulai bisnisnya di Indonesia sejak 2007 setelah mendapatkan izin dari otoritas pada 2006.
MS mulai masuk ke bisnis penjamin emisi pada 2008 dan meluncurkan bisnis ekuitas institusi dalam negeri pada 2012 saat resmi menjadi Perantara Pedagang Efek (PPE) dan Anggo Bursa (AB) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Hengkangnya bisnis broker dari sekuritas asing asal Amerika Serikat ini dari Indonesia menyusul cabutnya Merrill Lynch, Deutsche dan Nomura pada 2019.
[Gambas:Video CNBC]
