
Ini Dia yang Bikin Rupiah Balik ke Atas Rp 14.300/US$

Dolar AS yang sempat tertekan mulai bangkit. Pada pukul 11:07 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat tipis 0,03%.
Kebangkitan dolar AS disebabkan respons investor terhadap pernyataan Randal Quarles, Kepala Dewan Stabilitas Keuangan Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed). Dalam acara yang digelar Brookings Institution, Quarles mengungkapkan bukan tidak mungkin wacana pengetatan mulai dibuka dalam beberapa bulan ke depan.
"Kita perlu bersabar. Jika perkiraan saya bahwa seputar pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan inflasi mulai terbukti, bahkan semakin kuat, maka menjadi penting bagi kami untuk mulai mendiskusikan tentang penyesuaian besaran pembelian aset dalam rapat-rapat selanjutnya," papar Quarles, sebagaimana diwartakan Reuters.
Saat ini, The Fed memborong obligasi pemerintah Negeri Paman Sam sekira US$ 120 miliar setiap bulannya. Ini akan terus dilakukan sepanjang inflasi belum terlihat berada di kisaran 2% secara konsisten dan penciptaan lapangan kerja yang maksimal (maximum employment).
Tidak hanya Quarles, Wakil Ketua The Fed Richard Clarida pun menegaskan bahwa pihaknya siap untuk mengatasi risiko percepatan laju inflasi. Clarida memastikan The Fed akan membuat transisi ekonomi semulus mungkin (soft landing).
"Saat aktivitas ekonomi lebih dibuka lagi, maka tekanan harga akan mereda dengan sendirinya. Namun apabila tekanan harga ternyata lebih persisten dan mengancam mandat kami, maka kami akan melakukan sesuatu," sebut Richard Clarida, Wakil Ketua The Fed, dalam wawancara dengan Yahoo Finance.
Para pejabat The Fed yang mulai membuka omongan soal pengetatan kebijakan membuat pasar bereaksi. Awalnya ada mengurangi pembelian aset alias quantitative easing, pada akhirnya suku bunga acuan pasti naik.
Kala suku bunga naik, maka imbalan berinvestasi di aset-aset berbasis dolar AS bakal ikut terangkat. Pada pukul 11:23 WIB, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik 8 basis poin (bps) menjadi 1,2382%.
Perkembangan ini akan mendorong arus modal untuk kembali berkerumun ke pasar obligasi AS, seperti yang terjadi pada kuartal I-2021. Tentu rupiah kudu waspada.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
