Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih menguat di perdagangan pasar spot hingga tengah hari ini. Namun apresiasi rupiah menipis dan dolar AS kembali ke atas Rp 14.300.
Pada Kamis (27/5/2021) pukul 12:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.320 di pasar spot. Rupiah menguat tipis 0,03% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelum libur Hari Raya Waisak.
Kala pembukaan pasar, rupiah mampu menguat 0,24% dan dolar AS mampu didorong ke bawah Rp 14.300. Namun seiring perjalanan pasar, apresiasi rupiah semakin tipis.
Meski begitu, rupiah tetap mesti bersyukur. Sebab tidak hanya rupiah, mata uang utama Asia lainnya juga mengalami perlambatan apresiasi. Kini mata mayoritas mata uang Asia hanya bisa menguat terbatas di hadapan dolar AS.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 12:03 WIB:
Halaman Selanjutnya --> Pejabat The Fed Mulai Buka Suara Soal Pengetatan
Dolar AS yang sempat tertekan mulai bangkit. Pada pukul 11:07 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat tipis 0,03%.
Kebangkitan dolar AS disebabkan respons investor terhadap pernyataan Randal Quarles, Kepala Dewan Stabilitas Keuangan Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed). Dalam acara yang digelar Brookings Institution, Quarles mengungkapkan bukan tidak mungkin wacana pengetatan mulai dibuka dalam beberapa bulan ke depan.
"Kita perlu bersabar. Jika perkiraan saya bahwa seputar pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan inflasi mulai terbukti, bahkan semakin kuat, maka menjadi penting bagi kami untuk mulai mendiskusikan tentang penyesuaian besaran pembelian aset dalam rapat-rapat selanjutnya," papar Quarles, sebagaimana diwartakan Reuters.
Saat ini, The Fed memborong obligasi pemerintah Negeri Paman Sam sekira US$ 120 miliar setiap bulannya. Ini akan terus dilakukan sepanjang inflasi belum terlihat berada di kisaran 2% secara konsisten dan penciptaan lapangan kerja yang maksimal (maximum employment).
Tidak hanya Quarles, Wakil Ketua The Fed Richard Clarida pun menegaskan bahwa pihaknya siap untuk mengatasi risiko percepatan laju inflasi. Clarida memastikan The Fed akan membuat transisi ekonomi semulus mungkin (soft landing).
"Saat aktivitas ekonomi lebih dibuka lagi, maka tekanan harga akan mereda dengan sendirinya. Namun apabila tekanan harga ternyata lebih persisten dan mengancam mandat kami, maka kami akan melakukan sesuatu," sebut Richard Clarida, Wakil Ketua The Fed, dalam wawancara dengan Yahoo Finance.
Para pejabat The Fed yang mulai membuka omongan soal pengetatan kebijakan membuat pasar bereaksi. Awalnya ada mengurangi pembelian aset alias quantitative easing, pada akhirnya suku bunga acuan pasti naik.
Kala suku bunga naik, maka imbalan berinvestasi di aset-aset berbasis dolar AS bakal ikut terangkat. Pada pukul 11:23 WIB, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik 8 basis poin (bps) menjadi 1,2382%.
Perkembangan ini akan mendorong arus modal untuk kembali berkerumun ke pasar obligasi AS, seperti yang terjadi pada kuartal I-2021. Tentu rupiah kudu waspada.
TIM RISET CNBC INDONESIA