
Warning! Utang Negara Berkembang Bengkak, Ini Ramalan Moody's

Kepala Ekonom Asia-Pasifik di Moody's Analytics, Steve Cochrane melanjutkan, bahwa pasar negara berkembang pada umumnya lebih lambat dalam mengamankan dosis dan melaksanakan vaksinasi Covid-19 dibandingkan dengan negara maju.
Sementara itu, beban utang yang tinggi dapat mengakibatkan pemerintah negara-negara tersebut mengekang pengeluaran lebih awal demi menjaga keuangan dan mengendalikan utang.
Gabungan kedua faktor tersebut berarti bahwa pertumbuhan ekonomi di antara pasar negara berkembang kemungkinan besar akan tertinggal dari negara maju seiring pulihnya ekonomi dunia dari pandemi, tambah Cochrane.
"Ketika ekonomi tumbuh dengan cepat, hutang tidak akan menjadi masalah yang besar," kata Cochrane.
Ekonom tersebut menambahkan bahwa pertumbuhan tidak akan merata di seluruh dunia, dengan AS dan Eropa kemungkinan akan mengalami percepatan pertumbuhan pada musim panas ini, sementara pasar negara berkembang "mungkin harus menunggu sedikit lebih lama."
Menurut laporan Bank Indonesia Mei 2021, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada kuartal-I 2021 adalah sebesar US$ 415,6 miliar atau setara Rp 6.026 triliun (kurs 14.500) turun 0,4% dari kuartal sebelumnya (qtq) dan tumbuh 7,0% dari kuartal yang sama tahun lalu (yoy).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2021 yang masih mengalami kontraksi 0,74%. Sedangkan untuk proyeksi pertumbuhan kuartal II-2021, Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI, DPR RI, hari ini (24/5) memprediksi perekonomian Indonesia bisa tumbuh hingga 8,3%.
[Gambas:Video CNBC]
