
Ditutup Ambruk 1% ke 5.700-an, IHSG Terendah Selama 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi parah 1,27% ke level 5.760,58 pada perdagangan Rabu (19/5/21). IHSG terpantau ambruk ke bawah level psikologis 5.800 yang merupakan level penutupan terendah sejak awal tahun.
Nilai transaksi hari ini sebesar Rp 10,01 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih Rp 269 miliar di pasar reguler. 157 saham terapresiasi, 332 terkoreksi, sisanya 143 stagnan.
Asing melakukan pembelian di saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) sebesar Rp 19 miliar dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) Rp 34 miliar.
Sedangkan jual bersih dilakukan asing di saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang dilego Rp 79 miliar dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang dijual Rp 75 miliar.
Sentimen yang terus dipantau oleh para pelaku pasar adalah perkembangan pandemi Covid-19 secara global. Belum lama ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa pandemi Covid-19 belum akan berakhir walaupun tingkat vaksinasi sudah digenjot semaksimal mungkin.
Di beberapa negara Asia seperti India, Malaysia, Singapura dan Taiwan terus melaporkan terjadinya lonjakan kasus infeksi. Hal tersebut membuat pembatasan aktivitas ekonomi mulai diterapkan kembali.
Mulai Minggu (16/5/2021) kemarin, Singapura kembali mengetatkan pembatasan kegiatan publik dan akan berlangsung dalam satu bulan ke depan.
Malaysia juga kembali menerapkan pembatasan wilayah (lockdown) secara nasional mulai 12 Mei lalu hingga 7 Juni.Lockdownini merupakan ketiga kalinya, setelah Maret 2020 dan Januari 2021. Malaysia kini berada di tengah gelombang ketiga kebangkitan Covid-19.
Sementara itu di dalam negeri, kasus infeksi Covid-19 memang menurun. Namun dengan adanya banyak pemudik meski dilarang dan masuknya arus balik lebaran patut diwaspadai.
Apabila berdasarkan hasil tes yang terus digalakkan terjadi peningkatan kasus maka hal ini menjadidownside riskuntuk pemulihan ekonomi. Berkaca dari pengalaman sebelumnya, peningkatan kasus mulai tampak dua pekan setelah fenomena kenaikan mobilitas publik secara masif.
Apabila lockdown semakin marak terutama di kawasan Asia, maka prospek pemulihan ekonomi menjadi buram. Resesi bisa terjadi berulang kali. Ini hanya akan menyebabkan volatilitas yang tinggi bagi pasar keuangan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500