
Hacker Pipa BBM AS Terima Bayaran Bitcoin Rp 1,2 T

Jakarta, CNBC Indonesia - DarkSide, kelompok peretas di balik serangan ransomware Colonial Pipeline baru-baru ini menerima sejumlah dana sebesar US$ 90 juta dalam bentuk Bitcoin pada akhir pekan lalu.
Jaringan pipa minyak mentah Amerika Serikat (AS), Colonial Pipeline pada awal Mei dilanda serangan siber yang menghancurkan jaringan pipa minyak terbesar di Negeri Paman Sam tersebut dan memaksa perusahaan untuk menutup sekitar 5.500 mil pipa di AS,
Akibat serangan siber tersebut juga menyebabkan istem pengiriman gas di negara bagian Tenggara sempat terganggu. FBI menduga bahwa serangan siber itu dilakukan oleh DarkSide, sebuah geng penjahat siber yang diyakini berbasis di Eropa Timur.
DarkSide mengoperasikan apa yang dikenal sebagai model bisnis "ransomware sebagai layanan", yang berarti peretas mengembangkan dan memasarkan alat ransomware dan menjualnya ke penjahat lain yang kemudian melakukan serangan.
Ransomware adalah sebuah jenis malicious software atau dapat dikategorikan kedalam virus malware yang dirancang untuk memblokir akses ke sistem komputer. Peretas tersebut pun menuntut pembayaran tebusan dalam bentuk mata uang kripto.
Pada Jumat (14/5/2021) pekan lalu, perusahaan analisis blockchain yang berbasis di London, Elliptic mengatakan telah mengidentifikasi penggunaan Bitcoin yang digunakan oleh DarkSide untuk melakukan pembayaran tebusan dari para korbannya.
Pada hari yang sama, peneliti keamanan Intel 471 mengatakan DarkSide telah ditutup setelah kehilangan akses ke servernya dan dompet cryptocurrency-nya dikosongkan. DarkSide juga berdalih bahwa ia mendapat tekanan dari AS.
Dalam postingan blog pribadinya pada Selasa kemarin, Elliptic mengatakan DarkSide dan afiliasinya sudah mengantongi setidaknya US$ 90 juta dalam bentuk Bitcoin yang didapat dari uang tebusan selama sembilan bulan terakhir dari 47 korban. Pembayaran rata-rata dari organisasi kemungkinan besar sebesar US$ 1,9 juta.
"Sepengetahuan kami, analisis ini mencakup semua tebusan yang dilakukan kepada DarkSide, namun transaksi lebih lanjut mungkin belum ditemukan dan angka ini masih dianggap sebagai batas bawah," kata salah satu pendiri dan kepala ilmuwan Tom Robinson Elliptic, dikutip dari CNBC International.
Elliptic mengatakan bahwa DarkSide memiliki Bitcoin wallet senilai US$ 5,3 juta sebelum dananya terkuras minggu lalu. Ada beberapa spekulasi bahwa Bitcoin ini telah disita oleh pemerintah AS.
"Dari total hasil tangkapan sebesar US$ 90 juta, US$ 15,5 juta diantaranya berpindah tangan ke pengembang DarkSide, sementara US$ 74,7 juta ke afiliasinya, secara mayoritas, dana yang didapat dari tebusan dalam bentuk uang digital dan mereka dapat meruba hnya menjadi uang fiat," kata Elliptic, seperti yang dilansir dari CNBC International.
Bitcoin telah mendapatkan reputasi yang buruk untuk penggunaannya dalam aktivitas kriminal, karena orang yang bertransaksi di cryptocurrency tidak perlu mengungkapkan identitas mereka.
Namun, digital ledger yang menopang Bitcoin bersifat publik, yang berarti peneliti dapat melacak ke mana dana tersebut dikirim dan digunakan.
Serangan ransomware di Colonial Pipeline adalah salah satu dari serentetan serangan ransomware yang menjadi berita utama pada pekan lalu, di mana setelah menyerang Colonial Pipeline, DarkSide juga menyerang perusahaan konglomerat ternama di Jepang, Toshiba.
Divisi konglomerasi Toshiba mengatakan unit Eropanya telah diretas dan mengklaim bahwa peretasan tersebut merupakan bentuk serangan yang dilakukan oleh DarkSide.
Selain menyerang Colonial Pipeline dan Toshiba, sistem layanan kesehatan Irlandia juga turut terkena serangan ransomware.
Alhasil untuk menjaga agar serangan serupa tak mengenai sistem pertahanan siber AS, Pada Rabu (12/5/2021) pekan lalu, Presiden Joe Biden menandatangani perintah eksekutif yang bertujuan memperkuat pertahanan keamanan siber AS.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Eks Bos SEC Sebut Investor Kripto Penyebar Ransomware
