Kabar Gembira, Penantian IPO Gojek-Tokopedia Dkk Makin Jelas

Monica Wareza, CNBC Indonesia
17 May 2021 10:38
Gojek (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Gojek (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) akan mengebut pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO) tiga perusahaan start up kelas kakap di tahun ini. Saat ini sudah ada tiga start up yang menyampaikan pendaftaran IPO-nya ini.

Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengatakan pendaftaran IPO telah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut.

"Sudah masuk filling-nya. Nah ya kita kejarlah semoga tahun ini bisa melantai," kata Inarno kepada CNBC Indonesia, Senin (17/5/2021).

Tiga perusahaan yang disebut-sebut pelaku pasar yang telah mengajukan dokumen IPO-nya ke bursa adalah Gojek, Bukalapak dan Traveloka. Namun hal ini tak segera dikonfirmasi oleh pihak bursa.

Untuk diketahui Gojek memang dikabarkan akan IPO di tahun. Dana yang dihimpun, Bloomberg memperkirakan valuasi perusahaan Gojek setelah merger dengan Tokopedia akan menghasilkan nilai kapitalisasi pasar senilai US$ 35 miliar sampai dengan US$ 40 miliar atau kisaran Rp 490 triliun - Rp 560 triliun dengan kurs Rp 14.000 per US$.

Jika target dana yang dihimpun dalam IPO sebesar 10% saja dari valuasi keduanya, nilainya mencapai Rp 49 triliun sampai dengan Rp 56 triliun.

Sejumlah pelaku pasar meyakini IPO Gojek akan dilakukan setelah mega merger dengan Tokopedia dilakukan. Apalagi, manajemen Gojek dikabarkan telah mengumumkan rencana merger ini kepada karyawannya.

"Gojek Tokopedia resmi merger. Sudah diumumkan dalam internal Townhall meeting mereka," ujar salah satu sumber.

Sedangkan rencana IPO Traveloka ini memang telah lama disebut, namun yang paling jelas adalah rencana IPO di bursa Amerika Serikat. Disebutkan bahwa IPO ini akan dilakukan melalui perusahaan akuisisi bertujuan khusus (special-purpose acquisition companies/SPAC).

Namun belum ada informasi, apakah Traveloka akan mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia.

Menurut CB Insights hingga 2017 lalu Traveloka memiliki valuasi senilai US$ 3 miliar atau setara dengan Rp 42 triliun (kurs Rp 14.000/US$). Perusahaan ini memiliki deretan investor di belakangnya seperti Expedia Group Inc., Rocket Internet SE, GIC Pte, dan JD.com.

Saat ini Traveloka tak hanya beroperasi di Indonesia namun juga di negara-negara Asia Tenggara.

Chief Executive Officer (CEO) Traveloka Ferry Unardi mengatakan dana IPO ini akan digunakan untuk melakukan akuisisi atau merger dengan perusahaan lain.

"Jika kami dapat melakukannya lebih cepat, kami kemudian dapat fokus pada eksekusi dan mengembangkan perusahaan," kata Ferry dalam wawancaranya dengan Bloomberg Television.

Tak jauh berbeda, Bukalapak juga dikabarkan akan melakukan IPO melalui SPAC.

"Bukalapak dapat bernilai US$ 4 miliar hingga US$ 5 miliar dalam potensi merger SPAC," tulis Bloomberg menurut seorang sumber.

"Pembahasan masih dalam tahap awal dan belum ada keputusan akhir yang dibuat," lanjutnya.

Mengenai banyaknya rencana stratup ini untuk listing melalui SPAC, BEI saat ini masih berkomunikasi dengan beberapa stakeholders untuk mendapatkan masukan dari beberapa aspek sehingga aturan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan best practise di negara lain.

"Sehubungan dengan rencana penerapan aturan SPAC di Indonesia, saat ini BEI dalam tahapan kajian dan diskusi dengan beberapa pihak stakeholders terkait untuk mendapatkan referensi pengaturan SPAC dimaksud," kata I Gede Nyoman Yetna, Direktur Penilaian Perusahaan BEI beberapa waktu lalu.

Dia menyebutkan terdapat beberapa aspek yang menjadi pertimbangan mulai dari corporate governance, perlindungan investor publik, dan kesesuaian peraturan dengan peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia.

Selain itu, bursa juga mempertimbangkan kesesuaian penerapan peraturan berdasarkan perbandingan yang kami lakukan atas best practice di bursa lain.

Tak hanya mengenai aturan SPAC yang disiapkan, BEI juga terus merampungkan aturan pencatatan lainnya untuk mengakomodasi masuknya perusahaan-perusahaan start up kakap ini melantai di pasar modal RI.

Salah satu hal yang mencolok adalah nantinya perusahaan tersebut bisa masuk dalam papan pencatatan utama kendati masih merugi.

Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi mengatakan ini disesuaikan dengan karakteristik strategi pengembangan perusahaan startup yang memang masih dalam tahap pengembangan customer dan value perusahaan sehingga menghalangi perusahaan untuk mencatatkan keuntungan.

"Sementara kita kan ada persyaratan kapan bisa masuk masuk ke papan utama, itu jadi concern mereka dan kita masa segede itu ga bisa masuk papan utama. Tapi karena memang seperti ini karakteristik bisnisnya. Karena itu kita memahami bahwa sebetulnya kita sempurnakan ketentuan kriteria untuk satu emiten dapat masuk ke papan utama," kata Hasan kepada CNBC Indonesia, Kamis (1/4/2021).

Dia menyebutkan, saat ini bursa terus melakukan diskusi dengan banyak pihak untuk mencari jalan tengah untuk merelaksasi aturan tersebut. Karena menurut dia terdapat kriteria yang harus dipertimbangkan seperti model bisnis perusahaan dan sektor bisnis yang dijalankan.

Sehingga nantinya tidak hanya perusahaan startup saja yang bisa masuk papan utama kendati masih belum untuk, namun juga sektor-sektor lain.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siapkan Duit! Banyak IPO Jumbo Tahun Ini, Ini Daftarnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular