
Rupiah Lemah, Dolar AS Balik ke Rp 14.200!

Dua data tersebut menjadi angin segar bagi dolar AS. Sebab tekanan inflasi (walau lebih disebabkan oleh dorongan biaya produksi/cost-push inflation) membuat pelaku pasar kian berani memperkirakan bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) bisa saja menaikkan suku bunga acuan lebih cepat, tidak 2023 atau 2024 seperti perkiraan semula.
Mengutip CME FedWatch, kemungkinan kenaikan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjad 0,25-0,5% pada akhir tahun ini adalah 86,1%. Ini adalah yang tertinggi dalam sebulan terakhir.
![]() |
Saat suku bunga naik, maka imbalan berinvestasi di aset-aset berbasis dolar AS (terutama instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi) akan ikut terungkit. Mata uang Negeri Adidaya pun menjadi 'primadona' di pasar, diborong oleh investor sehingga nilai tukarnya menguat.
Sepanjang pekan lalu, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,18% secara point-to-point. Pagi ini, pukul 07:39 WIB, indeks tersebut masih menguat 0,07%.
Berlanjutnya keperkasaan dolar AS membuat rupiah sulit untuk menandingi. Apalagi mata uang Ibu Pertiwi baru saja pulang dari 'liburan', masih jetlag.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
