Harga emas sepekan

Kripto Hingga Inflasi AS Picu Emas Naik ke US$ 1.815/Troy Ons

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
15 May 2021 11:15
FILE PHOTO: A worker places gold coins on display at Hatton Garden Metals precious metal dealers in London, Britain July 21, 2015. REUTERS/Neil Hall/File Photo
Foto: REUTERS/Neil Hall

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas pada perdagangan pekan ini terbilang apik. Walaupun sempat melemah pada Selasa (11/5/2021) lalu, namun harga emas berhasil berbalik arah ke zona hijau dan berakhir menguat.

Perdagangan mata uang kripto yang melemah pada dua hari pada pekan ini, yakni Rabu (12/5/2021) dan Kamis (13/5/2021), membuat komoditas safe haven ini pun berkilau kembali.

Selain itu, inflasi Amerika Serikat (AS) yang kembali meningkat pada April 2021 hingga berpotensi mengubah kebijakan dovish bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) juga turut mendorong kenaikan harga emas pekan ini.

Pada perdagangan Selasa (11/5/2021) lalu, harga emas sempat anjlok 1,17% ke level US$ 1.815,44. Namun, pada Jumat (14/5/2021) akhir pekan ini, harga logam mulia ini kembali melesat 0,86% ke level US$ 1.842,19/troy ons. Sedangkan selama sepekan terakhir, harga emas sudah menguat 0,64%.

Gary Wagner, editor di TheGoldForecast.com, kepada Kitco mengatakan emas akhirnya berhasil mempertahankan momentum penguatan ketika sukses melewati US$ 1.800/troy ons. Wagner juga memprediksi emas akan kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa, tetapi perlu waktu bertahun-tahun ke depan.

"Saya percaya kita akan melihat emas mencetak rekor tertinggi sepanjang masa lagi. Tetapi, dalam waktu dekat, katakanlah 4 bulan ke depan hal tersebut menurut saya tidak akan terjadi. Tetapi, berdasarkan beberapa parameter, kita akan melihat emas menguji lagi US$ 1.900/troy ons dalam beberapa bulan ke depan," kata Wagner, sebagaimana dilansir Kitco, Rabu (12/5/2021).

Sementara itu Steven Dunn selaku analis dari Aberdeen Standard Investments memprediksi harga emas akan mencapai US$ 2.000 lagi di semester II tahun ini sebab inflasi di AS yang tinggi serta potensi volatiitas di pasar finansial.

Emas secara tradisional dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi serta aset aman (safe haven) sehingga inflasi yang tinggi serta volatilitas di pasar finansial akan menguntungkan bagi emas.

"Emas belum menunjukkan kinerja yang bagus di tahun 2021. Saya selalu memperkirakan semester II tahun ini akan lebih menarik bagi emas dan kita akan mulai melihatnya beberapa bulan lebih awal," kata Dunn sebagaimana dilansir Kitco Kamis (13/5/2021).

Departemen Tenaga Kerja AS Rabu (12/5/2021) lalu melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan April melesat atau mengalami inflasi 4,2% dibandingkan dengan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Rilis tersebut jauh lebih tinggi ketimbang hasil survei Dow Jones sebesar 3,6%.

Sementara dari bulan Maret atau secara month-to-month (mtm) tumbuh 0,8%, juga jauh lebih tinggi dari survei 0,2%.

Sementara inflasi inti yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan dalam perhitungan tumbuh 3% yoy dan 0,9% mtm, lebih dari dari ekspektasi 2,3% yoy dan 0,3% mtm.

Kenaikan inflasi secara tahunan tersebut merupakan yang tertinggi sejak tahun 2008, sementara secara bulanan terbesar dalam 40 tahun terakhir.

Jika dalam beberapa bulan ke depan inflasi terus tinggi, maka spekulasi bank sentral AS (The Fed) akan mengetatkan kebijakan moneternya lebih cepat dari perkiraan akan semakin menguat.

Jika itu terjadi, pasar finansial global akan mengalami volatilitas tinggi sehingga akan menguntungkan bagi emas yang menyandang status safe haven.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Flat Kemarin, Harga Emas Hari Ini Cenderung Melemah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular