
Melemah ke Rp 14.200/US$ di Pasar NDF, Bagaimana Pekan Depan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) masih terus menunjukkan keperkasaannya, alhasil nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan di pasar non-deliverable forward (NDF). Dengan demikian, ada risiko rupiah akan melemah begitu pasar Indonesia kembali dibuka Senin (17/5/2021) pekan depan.
Berikut perbandingan kurs NDF kemarin pagi, dengan hari ini Jumat (14/5/2021).
Periode | Kurs Kamis (13/5/2021) Pukul 9:36 WIB | Kurs Jumat(15/5/2021) Pukul 9:44 WIB |
1 Pekan | Rp14.199,00 | Rp14.199,0 |
1 Bulan | Rp14.217,00 | Rp14.292,0 |
2 Bulan | Rp14.268,00 | Rp14.309,0 |
3 Bulan | Rp14.321,00 | Rp14.396,0 |
6 Bulan | Rp14.476,00 | Rp14.551,0 |
9 Bulan | Rp14.622,00 | Rp14.697,0 |
1 Tahun | Rp14.821,00 | Rp14.821,0 |
2 Tahun | Rp15.473,00 | Rp15.548,0 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Keperkasaan indeks dolar AS masih belum runtuh. Pasca meroketnya inflasi di Negeri Paman Sam, indeks dolar AS melesat 0,63% pada perdagangan Rabu, dan berlanjut tipis 0,04% kemarin, sementara hari ini masih stagnan di 90,753.
Kabar terbaru dari AS semakin menguatkan posisi the greenback. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control/CDC) menghapus persyaratan masker untuk orang-orang yang sudah menerima vaksinasi Covid-19 secara penuh atau berada pada jarak 1,8 meter atau 6 kaki.
Ketentuan ini berlaku baik di dalam maupun luar ruangan, seperti yang disampaikan oleh CDC dalam panduan kesehatan masyarakat yang diperbarui yang dirilis Kamis (13/5/2021).
Ini merupakan momen penting, setelah setahun lebih pemerintah AS mesyaratkan masyarakat menggunakan masker di depan umum.
Dalam panduan tersebut, ada beberapa contoh di mana orang masih perlu memakai masker, di tempat perawatan kesehatan atau di bisnis yang memerlukannya. Ketentuan ini juga berlaku bagi orang yang sudah mendapatkan dosis vaksin terakhirnya dua minggu atau lebih, diperkenankan tidak menggunakan masker.
Kebijakan terbaru dari pemerintah AS tersebut memicu optimisme pelaku pasar akan semakin membaiknya perekonomian negeri Paman Sam. Bahkan banyak ekonom, termasuk bank sentral AS (The Fed) memperkirakan produk domestik bruto (PDB) di tahun ini akan menjadi yang terbaik sejak tahun 1984.
Jika perekonomian AS terus menunjukkan perbaikan, maka peluang The Fed untuk mengurangi nilai pembelian aset (quantitative easing/QE) atau yang dikenal dengan tapering di tahun ini tentunya akan semakin besar. Saat ini nilai QE The Fed sekitar US$ 120 miliar per bulan.
David Mericle ekonom di Goldman Sachs mengatakan ia melihat The Fed baru akan memberikan petunjuk pengurangan QE atau yang dikenal dengan istilah tapering pada semester II tahun ini.
Melansir CNBC International, Mericle melihat The Fed akan mulai melakukan tapering pada awal 2022, dengan pengurangan sebesar US$ 15 per bulan. Tapering tersebut bisa membuat dolar AS semakin perkasa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masih Tertekan, Rupiah Bisa Sentuh Rp 14.800/USD di Q2-2021