
Seandainya IHSG Masih Dibuka, Mungkin Akan Berakhir Melemah

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham dalam negeri pada pekan ini berakhir pada Selasa (11/5/2021) kemarin atau ditutup lebih awal karena adanya libur panjang memperingati Hari Raya Idul Fitri 1442 H
Namun, seandainya pasar saham RI masih dibuka Rabu (12/5/2021) hari ini, kemungkinan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan kembali ditutup melemah, seiring dari melemahnya bursa saham Asia pada hari ini dan Amerika Serikat (AS) pada Selasa (11/5/2021) waktu setempat.
Pada perdagangan Selasa kemarin, IHSG berakhir melemah 0,63% ke level 5.938,35.
Data perdagangan kemarin mencatat, sebanyak 153 saham menguat, 321 terkoreksi dan 170 lainnya flat. Nilai transaksi bursa kembali menyusut menjadi Rp 9,4 triliun. Investor asing masih melekukan aksi beli bersih (net buy) di pasar reguler, senilai Rp 35 miliar.
Sementara itu, pasar saham Asia hari ini mayoritas bergerak di zona merah. Namun beberapa saham di Asia ada yang mampu bertahan di zona hijau pada hari ini.
Tercatat pada pukul 15:32 WIB, indeks Nikkei Jepang ambles 1,61% ke level 28.147,51, STI Singapura merosot 0,79% ke 3.119,41, dan KOSPI Korea Selatan ambruk 1,49% ke 3.161,66
Sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong melesat 0,78% ke posisi 28.231,04 dan Shanghai Composite China menguat 0,61% ke 3.462,75.
Sementara itu, bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Selasa (11/5/2021) waktu setempat, seiring adanya kenaikan harga komoditas dan kekurangan tenaga kerja di Amerika Serikat (AS).
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJI) anjlok 473,66 poin, atau 1,36% menjadi 34.269,16. Kemudian indeks S&P 500 (SPX) kehilangan 36,33 poin, atau 0,87%, menjadi 4.152,1 dan Nasdaq Composite (IXIC) turun tipis 12, 43 poin, atau 0,09%, menjadi 13.389,43.
Bursa Asia cenderung mengikuti bursa saham Negeri Paman Sam pada hari ini.
Di lain sisi, pelemahan bursa saham Paman Sam didorong oleh kekhawatiran pasar terkait data ketenagakerjaan AS yang kurang memuaskan.
Data ekonomi yang dirilis pada Selasa (11/5) dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan, pembukaan pekerjaan di perusahaan-perusahaan AS melonjak ke rekor tertinggi pada bulan Maret. Ini merupakan bukti lebih lanjut dari kekurangan tenaga kerja yang diisyaratkan oleh laporan ketenagakerjaan yang mengecewakan pasar pada Jumat lalu.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja tidak mengikuti lonjakan permintaan karena pengusaha berebut untuk menemukan pekerja yang memenuhi syarat yang dibutuhkan perusahaan.
Jaringan Burrito Chipotle Mexican Grill mengumumkan akan menaikkan upah rata-rata per jam para pekerjanya menjadi US$ 15 atau setara Rp 210.000 (asumsi kurs US$ 1 = Rp 14.000). Ini merupakan tanda lebih lanjut bahwa kekurangan pekerja seiring dengan kenaikan permintaan dapat menambah 'bahan bakar' untuk lonjakan inflasi AS.
Kekurangan pekerja itu, bersama dengan sedikitnya pasokan dalam menghadapi lonjakan permintaan dapat berkontribusi pada lonjakan harga yang tak terhindarkan. The Fed sendiri berungkali mengakatakn hal tersebut tidak mungkin beralih menjadi inflasi jangka panjang.
"Kekhawatiran inflasi terus berlanjut," kata Detrick. "Masalah rantai pasokan ditambah dengan rekor stimulus, ditambah dengan pasar tenaga kerja yang tampaknya lebih ketat semuanya berkontribusi pada kekhawatiran bahwa inflasi dapat cenderung lebih tinggi selama bulan-bulan di musim panas."
"Saya tidak berpikir (pasar) percaya the Fed ketika mengatakan mereka tidak akan menaikkan suku bunga sampai tahun 2023," Detrick menambahkan. "Itu bisa terjadi di mana pasar dan The Fed tidak melihat secara langsung."
Pelaku pasar akan mengamati laporan indeks harga konsumen (IHK) Departemen Tenaga Kerja, yang akan dirilis Rabu (12/5) waktu setempat, untuk menyimak lebih lanjut lanjut potensi tekanan inflasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?