Dolar Diramal Loyo Sampai 3 Bulan Lagi, Rupiah Jadi Seksi?

Tirta, CNBC Indonesia
07 May 2021 15:01
dollar
Ilustrasi Dolar AS (REUTERS/Dado Ruvic)

Dengan kebijakan makro yang akomodatif tersebut membuat greenback tertekan. Survei yang dilakukan oleh Reuters akhir November lalu terhadap para ahli strategi valas menunjukkan pandangan yang terbelah. Hampir separuh responden meramal tren pelemahan dolar hanya akan terjadi kurang dari satu tahun dan setengah lagi memprediksi pelemahan akan terjadi lebih dari satu tahun. 

Kemudian baru-baru ini Reuters juga mengadakan polling kepada ahli strategi pasar valas. Mayoritas responden dolar masih akan tertekan untuk tiga bulan ke depan. Dolar yang tertekan dan ekspektasi inflasi yang tinggi membuat investor yang tak mau kekayaannya tergerus berpindah ke aset store of wealth lain.

Bagi mereka yang konservatif akan memasukkan emas dan logam mulia lain seperti perak dan platinum ke dalam portofolio investasinya. Bagi mereka yang cenderung agresif dan risk taker maka Bitcoin cs atau cryptocurrency bisa jadi pilihan. 

Sementara mereka yang mencari yield dan mau mengkompensasi sedikit risiko dengan volatilitas yang tak setajam aset digital mata uang kripto maka mata uang negara berkembang bisa menjadi salah satu opsi yang dipilih. 

Bagi Indonesia ini adalah kabar yang baik. Pelemahan dolar selain membuat biaya impor menjadi lebih rendah juga membuat aset-aset keuangan di pasar Indonesia akan diburu. Apalagi di era suku bunga rendah yield adalah barang langka. 

Sementara surat utang pemerintah tenor 10 tahun dalam mata uang domestik sebagai benchmark memberikan yield yang masih sangat menarik jika dibandingkan dengan negara emerging market lain yang sama-sama memperoleh rating 'investment grade'.

Walaupun tahun lalu Fitch memangkas outlook Indonesia menjadi negatif, tetapi spread antara US Treasury dengan SBN untuk seri acuan semakin rendah. Di saat yang sama premi risiko yang tercermin dari Credit Default Swap (CDS) RI juga terus menurun. Artinya ada penurunan risiko.

Dengan penurunan risiko ini maka bisa dibilang reward masih cukup besar apalagi jika dibandingkan dengan negara emerging market lain seperti India misalnya. Setidaknya ketika dolar AS tergerus untuk beberapa bulan ke depan, pasar SBN berpeluang kemasukan dana asing. 

Di sisi lain perbaikan prospek perekonomian dan adanya tren kebijakan ekonomi yang lebih sustainable membuat sektor komoditas terutama untuk industrial commodities mengalami peningkatan.

Tren perkembangan mobil listrik yang sangat pesat membuat permintaan terhadap baterai dari nikel naik, sehingga turut mengerek harganya. Adanya sentimen commodity supercycle juga ikut mendorong harga komoditas mulai dari energi, pangan dan pertambangan naik. 

Harga batu bara sudah naik lebih dari 35% dibanding periode yang sama tahun lalu. Harga nikel juga serupa. Harga minyak mentah naik hampir 100%. Harga minyak sawit bahkan tembus rekor tertinggi dalam 10 tahun lebih. 

Adanya inflow ke kontrak berjangka komoditas juga membuat harganya terkerek naik. Satu alasan utama yang membuat semua ini terjadi tentu saja adalah narasi inflasi yang tinggi dan investor butuh aset untuk lindung nilai (hedging). 

Baik emas, Bitcoin dan komoditas punya kesamaan. Jumlahnya relatif stabil dan berbeda dengan mata uang fiat yang bisa dicetak kapan pun dan dalam jumlah berapa pun yang membuat nilainya terdevaluasi relatif terhadap barang dan jasa. Itulah mengapa ketika dolar AS jatuh maka harga emas, minyak, nikel hingga Bitcoin melesat. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular