
Nyaris Tembus Rp 14.300/US$, Rupiah Terbaik di Asia!

Data tenaga kerja AS versi Automatic Data Processing Inc. (ADP) yang dirilis kemarin malam membuat dolar AS tertekan. ADP melaporkan sepanjang bulan April perekonomian AS mampu menyerap 742.000 tenaga kerja, memang lebih banyak ketimbang bulan sebelumnya 565.000 tenaga kerja, tetapi cukup jauh di bawah estimasi pasar 872.000 tenaga kerja.
Data tersebut bisa memberikan gambaran pasar tenaga kerja AS tidak sekuat perkiraan pelaku pasar, dan menjadi acuan data tenaga kerja versi pemerintah yang akan dirilis Jumat besok.
Pasar tenaga kerja yang tidak sekuat perkiraan tentunya memperkuat pernyataan bank sentral AS (The Fed) jika kondisi pasar tenaga kerja saat ini masih belum cukup untuk bank sentral memulai perundingan pengetatan moneter.
Artinya kebijakan The Fed masih akan ultra-longgar, dan dolar AS pun tertekan.
Selain itu, hasil survei terbaru Reuters menunjukkan dalam 3 bulan ke depan dolar AS akan melemah.
"Sepertinya kita masih akan menjalani tren pelemahan dolar AS, dan itu akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Sekarang pertanyaannya, apakah mata uang lain bisa memanfaatkan itu?" tegas Kit Juckes, Head of FX Strategist di Societe Generale, seperti dikutip dari Reuters.
Nah, para responden memperkirakan mata uang yang bisa memanfaatkan tren pelemahan dolar AS adalah mata uang yang bersifat commodity currency. Artinya, mata uang suatu negara yang mengandalkan komoditas sebagai barang dagangan utama.
Rupiah adalah salah satu mata uang itu, meski korelasinya masih belum kuat. Ekspor Indonesia didominasi oleh komoditas, utamanya minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan batu bara. Ketika harga dua komoditas itu naik, maka Indonesia akan menikmati pasokan valas yang melimpah sehingga peluang penguatan rupiah jadi lebih besar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
