Jangan Kaget Pemirsa! Rupiah Menguat Sendirian di Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 May 2021 15:36
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (4/5/2021). Bahkan yang lebih impresif rupiah menguat sendirian di Asia.

Melansir data dari Refinitiv, rupiah menguat 0,07% ke Rp 14.435/US$, setelahnya sempat stagnan di Rp 14.445/US$. Rupiah setelahnya menguat hingga 0,24% ke Rp 14.410/US$, sebelum terpangkas dan mengakhiri perdagangan di Rp 14.425/US$.

Penguatan tersebut sekaligus membuat rupiah menjadi yang terbaik di Asia, sebab semua mata uang utama lainnya mengalami pelemahan. Hingga pukul 15:07 WIB, dolar Singapura menjadi yang terburuk dengan pelemahan 0,38%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia. 

Rupiah mendapat tenaga setelah aliran modal kembali masuk ke dalam negeri.

Di pasar sekunder, melansir data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang bulan ini hingga 28 April terjadi capital inflow di pasar obligasi nyaris Rp 10 triliun.

Hal tersebut tentunya menjadi kabar bagus, setelah terjadi capital outflow Rp 20 triliun sepanjang bulan Maret.

Dari pasar primer, hasil lelang Surat Utang (SUN) pemerintah Selasa pekan lalu mulai ramai peminat. Incoming bid mencapai Rp 52,75 triliun, sedangkan pada lelang SUN sebelumnya sebesar Rp 42,97 triliun.

Pemerintah menetapkan target indikatif sebesar Rp 30 triliun dan yang dimenangkan sebesar Rp 28 triliun lebih baik dari lelang sebelumnya Rp 24 triliun.

Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang dilakukan hari ini juga menunjukkan hasil yang sama. Pemerintah menetapkan target indikatif Rp 10 triliun, dan penawaran yang dimasuk sebesar Rp 19 triliun, nyaris 2 kali lipat.

Dari total penawaran yang masuk dimenangkan sebesar Rp 10 triliun, sesuai dengan target.

Sementara itu kemarin, IHS Markit kemarin melaporkan aktivitas manufaktur Indonesia yang tercermin dari purchasing managers' index (PMI) bulan April melesat menjadi 54,6 yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah, melewati rekor sebelumnya 53,2 yang dicapai pada bulan Maret.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Angka di atas 50 menunjukkan dunia usaha tengah dalam fase ekspansi.

Itu artinya sektor manufaktur sudah berekspansi dalam 6 bulan beruntun, dan mencatat rekor dalam 2 bulan terakhir.

"Kunci dari perbaikan ini adalah pertumbuhan pemesanan baru (new orders) yang sangat pasar. Dunia usaha melakukan ekspansi yang signifikan, dan mencatat rekor tertinggi sejak survei dilakukan pada April 2011," sebut keterangan resmi IHS Markit, Senin (3/5/2021).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular