
IHSG Goyah, Tertular Warna Merah Bursa Asia

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka hijau pada perdagangan awal pekan ini, Senin (3/5/2021). Namun seperti biasa, IHSG tak kuat bertahan di zona hijau dan balik arah terkoreksi.
Awal pembukaan, IHSG melesat mendekati level 6.000. Bahkan indeks sempat tembus level psikologis tersebut. Namun secara mendadak IHSG ambrol 0,33% ke 5.975,88.
Sepanjang minggu lalu, IHSG melemah 0,35% secara point-to-point. Investor asing membukukan jual bersih Rp 580 miliar. Secara umum, sentimen di pasar relatif positif pada pekan lalu. Pelaku pasar berani masuk ke instrumen berisiko di negara berkembang seiring pernyataan Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed).
Dalam rapat bulanan Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC), Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega memutuskan tetap mempertahankan suku bunga acuan di 0-0,25%. Ini sesuai dengan ekspektasi pasar.
Namun yang menjadi penentu adalah pernyataan seputar arah kebijakan moneter ke depan. Dalam konferensi pers usai rapat, Powell menegaskan bahwa belum saatnya untuk bicara soal perubahan posisi (stance) kebijakan moneter.
IHSG begitu loyo kali ini tetapi tak sendirian karena dibarengi juga dengan bursa saham negara Asia lainnya. Indeks Hang Seng Hong Kong dan Strait Times Singapura bahkan jatuh lebih dari 1%.
Pelaku pasar masih diresahkan oleh kabar yang menyayat hati yang datang dari India. Lonjakan kasus infeksi harian sudah tembus lebih dari 350 ribu kasus. Rumah sakit membludak, tenaga medis kewalahan, pasokan tabung oksigen menipis, dan sebagainya.
Kini datang kabar lainnya yaitu India mulai kehabisan vaksin anti-virus corona. Arvind Kejriwal, Menteri Daerah Khusus Ibu Kota Delhi, menyarankan agar warga tidak datang ke fasilitas vaksinasi karena barangnya memang belum ada.
Hal serupa terjadi di Negara Bagian Karnataka. Warga yang semestinya divaksin akhir pekan ini terpaksa pulang tanpa bekas suntikan di lengan.
Warga India dilanda kepanikan. Apotek diserbu, sehingga pasokan obat juga ikut menipis.
"Orang-orang sedang sangat panik. Mereka memborong obat, bahkan obat yang sebenarnya tidak mereka butuhkan," kata Sanjay Sharma, seorang pemilik apotek di Negara Bagian Uttar Pradesh, seperti diberitakan Reuters.
Krisis kesehatan dan kemanusiaan di India bisa menjalar ke pasar keuangan. Sebab, India adalah salah satu kekuatan ekonomi terbesar dunia. Jika India lumpuh akibat 'tsunami' virus corona, maka perekonomian dunia akan merasakannya.
India merupakan negara dengan perekonomian terbesar kelima di dunia yang terlibat dalam pasokan 70% vaksin global. Krisis kesehatan di India yang semakin menggila membuat pasokan vaksin dunia terancam dan menjadi sentimen yang buruk bagi aset-aset berisiko.
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000