Round Up

Jos Gandos! Rupiah 'Berotot' Lagi di Pekan Ini

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
01 May 2021 13:40
Ilustrasii Dollar AS (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasii Dollar AS (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam sepekan terakhir, rupiah berhasil menguat terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Selain itu, Mata Uang Garuda mencatat penguatan 2 pekan beruntun setelah sebelumnya tidak pernah menguat selama 9 pekan.

Penguatan 2 pekan beruntun tersebut juga menjadi yang pertama sejak awal tahun 2021.

Secara lebih rinci, rupiah menguat sebanyak tiga kali, stagnan sekali dan melemah sekali kali. Alhasil, , total sepanjang pekan ini rupiah menguat 0,55%.

Pada awal pekan, Senin (26/4), nilai tukar rupiah sukses menghentikan rekor buruk melawan dolar AS pada pekan lalu. Dolar AS yang sedang lesu membuat rupiah menguat dengan mudah.

Di penutupan perdagangan Senin (26/4), rupiah berada di Rp 14.480/US$, menguat 0,28% di pasar spot.

Merosotnya indeks dolar AS menjadi pemicu penguatan rupiah. Pada pekan lalu indeks dolar AS merosot nyaris 1% dan berlanjut ke 0,11% ke 90,755. Level tersebut merupakan yang terendah sejak 3 Maret lalu. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS juga telah melemah dalam 3 pekan beruntun dengan total 2,33%.

Setelah sempat anteng pada Selasa (27/4), mata uang kebanggaan rakyat Indonesia ini melemah pada perdagangan Rabu (28/4/2021), seiring memburuknya sentimen pelaku pasar akibat kenaikan kasus Covid-19 di beberapa negara.

Pada Rabu (28/4), rupiah berada di Rp 14.495/US$ pada penutupan perdagangan, melemah sebesar 0,1%.

Tidak mau kembali melemah, rupiah kemudian kembali menguat selama dua hari beruntun, yakni pada Kamis (29/4) dan Jumat (30/4). Pada Kamis (29/4), rupiah 'mengamuk' terhadap dollar AS setelah menguat 0,34% di Rp 14.445/US$.

Pengumuman kebijakan moneter The Fed Kamis pagi menambah derascapital inflow. The Fed menegaskan belum akan merubah kebijakannya, meski perekonomian AS pulih lebih cepat dari prediksi. Suku bunga masih tetap 0,25%, dan masih akan dipertahankan setidaknya hingga tahun 2023.

Aliran modal yang kembali masuk ke Indonesia di bulan ini membuat rupiah kembali galak. Melansir data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang bulan ini hingga 26 April terjadi capital inflow di pasar obligasi sekitar Rp 8,8 triliun.

Hal tersebut tentunya menjadi kabar bagus, setelah terjadi capital outflow Rp 20 triliun sepanjang bulan Maret.

Sementara itu di pasar primer, hasil lelang Surat Utang (SUN) pemerintah mulai ramai peminat. Incoming bid mencapai Rp 52,75 triliun, sedangkan pada lelang SUN sebelumnya sebesar Rp 42,97 triliun.

Penguatan pada Kamis (29/4) dilanjutkan pada Jumat (30/4) kemarin, ketika rupiah menguat tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS). Setelah tertahan di zona merah nyaris sepanjang hari, rupiah akhirnya berhasil berbalik menguat tipis 0,03% ke Rp 14.440/US$.

Penguatan cukup tajam di awal perdagangan hari ini melanjutkan kinerja apik Kamis kemarin, sebab dolar AS sedang tertekan.

Kamis dini hari, bank sentral AS (The Fed) menegaskan tidak akan mengubah kebijakan moneternya dalam waktu dekat. Suku bunga 0,25% masih akan dipertahankan setidaknya hingga tahun 2023, meskipun perekonomian AS diakui tumbuh lebih tinggi ketimbang prediksi.

Dalam konferensi pers, Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk bicara penghentian pembelian obligasi di pasar. The Fed saat ini membeli obligasi atau yang dikenal denganquantitative easing(QE) senilai US$ 120 miliar per bulan, artinya itu masih akan terus berlanjut, dan belum akan dilakukan pengurangan nilai pembelian atau tapering.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rencana The Fed Bikin Rupiah Terkulai Lemas dalam Sepekan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular