Kelola Triliunan Dana Investor, Bos INA: Kami Bukan Broker

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
30 April 2021 19:17
Ridha Wirakusumah/Dok Bank Permata
Foto: Ridha Wirakusumah (Dokumentasi Bank Permata)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebutuhan investasi untuk proyek Infrastruktur Indonesia masih besar. PeranĀ Lembaga Pengelola Investasi Indonesia (LPI) dengan nama Indonesia Investment Authority (INA) diharapkan bisa menambal kekurangan tersebut.

Direktur Utama INA Ridha Wirakusumah menjelaskan kebutuhan investasi untuk infrastruktur di Indonesia mencapai US$ 450 miliar. Sementara rencana dari pemenuhan dari APBN baru setengahnya.

"Sisanya belum kelihatan bagaimana kita membiayainya di situ. Kita coba bantu," ujar Ridha seperti dikutip dari siaran Youtube Kementerian BUMN, Jumat (30/4/2021).

Rida menjelaskan penjajakan investasi yang masuk masih terus dilakukan. Namun, dia belum bisa memberikan target berapa yang bisa nilai investasi yang bisa didapatkan. Tapi sampai April, INA sudah mendapatkan komitmen berupa MoU sekitar Rp 50 triliun hingga Rp 60 triliun.

Sebelumnya Kementerian Keuangan UNI Emirat Arab (UEA) telah menanamkan investasi mencapai US$ 10 miliar atau setara dengan Rp 144 triliun.

Dalam siaran itu, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menanyakan kepada Rida, perihal MoU terkait investasi Pemerintah UAE serta langkah berikutnya.



Rida mengatakan pernyataan itu dilontarkan pemerintah UAE,. Tapi sampai saat ini, INA masih menyiapkan wadah untuk masuk pada program pemerintah yang mana. Karena pada dasarnya pemerintah UAE mau masuk pada proyek yang sudah sudah jelas.

"Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak lama ada pengumuman sifatnya MoU dengan beberapa perusahaan karya. Mudah-mudahan bisa membantu, makin kinclong majunya," jelasnya.

"Ada itu dalam waktu tidak lama hitungan minggu atau bulan ada MoU," tambahnya.

Rida menjelaskan investasi ke INA bentuknya adalah penyertaan modal, bukan utang. Walaupun bisa mengeluarkan guarantee, tapi yang utama adalah penyertaan modal. Sehingga implikasinya tidak ada utang.

"Sifatnya ekuitas, kita bukan broker, tapi ke arah kerja sama dengan BUMN karya dan investor uangnya ada. Kita sama-sama masuk ke investasi yang ada nilai tambah," jelasnya.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Curhat Bos INA Soal Kantor yang Pinjam Gedung Bank Mandiri

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular