Produksi Batu Bara Anjlok, Laba Adaro Energy Drop 27% di Q1

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
30 April 2021 09:22
FILE PHOTO: The logo of PT Adaro Energy as seen at PT Adaro Energy headquarters in Jakarta, Indonesia, October 20, 2017. REUTERS/Beawiharta/File Photo
Foto: REUTERS/Beawiharta/File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten tambang batu bara PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatatkan perolehan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 71,74 juta atau sekitar Rp 1 triliun dengan rata-rata kurs Rp 14.400 per US$ pada triwulan pertama tahun ini.

Perolehan laba bersih ini turun sekitar 27% dari capaian di tahun sebelumnya sebesar US$ 98,17 juta atau setara Rp 1,41 triliun.

Hal ini menyebabkan laba bersih per saham dasar turun menjadi US$ 0,000224 per saham dari tahun sebelumnya US$ 0,00307.

Penurunan ini imbas dari pendapatan usaha Adaro sepanjang 3 bulan pertama yang turun 8% dari sebelumnya US$ 750 juta menjadi US$ 692 juta.

Penurunan ini disebabkan penurunan sebesar 13% y-o-y pada volume penjualan yang tercatat mencapai 12,59 juta ton. Produksi batu bara pada Q1-2021 mencapai 12,87 juta ton, atau turun 11% yoy. Musim hujan pada 1Q21 berpengaruh terhadap operasi batu bara.

Rinciannya, kontribusi terbesar dari penjualan batu bara kepada pihak ketiga US$ 652,65 juta dari sebelumnya US$ 686,51 juta. Sedangkan, sisanya dari jasa pertambangan 22,34 juta dan penjualan batu bara kepada pihak berelasi US$ 7,13 juta.

Sedangkan, beban pokok pendapatan 1Q21 turun 9% yoy menjadi AS$502 juta, karena penurunan harga bahan bakar yoy.

Cuaca yang dipengaruhi La Nina pada 1Q21 menyebabkan hujan lebat dan gelombang tinggi, sehingga mempengaruhi kegiatan logistik di kuartal ini. Di tengah kondisi industri yang masih sulit, perusahaan dapat melakukan pembiayaan kembali terhadap pinjaman dan memperkuat posisi keuangan. Adaro Energy tetap berfokus pada efisiensi.

Presiden Direktur dan Chief Executive Officer, Garibaldi 'Boy' Thohir, mengatakan, perseroan mencatat EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) operasional sebesar US$ 244 juta atau Rp 3,5 triliun dan laba inti sebesar US$ 110 juta atau Rp 1,6 triliun, yang menunjukkan kualitas laba dan mencerminkan kekuatan operasi.

"Walaupun ada optimisme dari perkembangan positif harga batu bara akhir-akhir ini, kami tetap berhati- hati dan akan terus berfokus pada keunggulan operasional serta berdisiplin pada biaya dan pengeluaran," kata Garibaldi, dalam pernyataan resmi, Jumat (30/4/2021).

Boy Thohir memilih pendekatan konservatif dan mempertahankan panduan operasional dan keuangan untuk tahun 2021 dan terus memperkuat posisi keuangan.

"Adaro baru saja menandatangani perjanjian fasilitas sebesar US$ 400 juta [Rp 5,8 trilun] untuk pelunasan dini atas salah satu pinjaman," ujarnya.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wah! Pendapatan Hingga Laba ADRO Tertinggi Dalam Sejarah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular