Curhatan Bos RS Siloam: Cash Flow Sempat Tersisa 21 Hari

Monica Wareza, CNBC Indonesia
29 April 2021 11:30
Caroline Riady, Wakil Presiden Direktur Siloam International Hospitals/Dok Siloam Hospitals
Foto: Caroline Riady, Wakil Presiden Direktur Siloam International Hospitals/Dok Siloam Hospitals

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen emiten rumah sakit Grup Lippo, PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) atau Siloam Hospitals Group melaporkan kinerja keuangan sepanjang 3 bulan pertama tahun ini. Hasilnya, Siloam mencatat laba bersih Rp 150 miliar di Q1-2021, melesat 672% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 19,5 miliar.

Berdasarkan data laporan keuangan, laba bersih atribusi tercatat mencapai Rp 144 miliar di kuartal I-2021, melesat 789% dari periode yang sama tahun lalu Rp 16,20 miliar.

Sementara itu, pendapatan meningkat menjadi Rp 1,91 triliun, tumbuh 32,5% dibandingkan Rp 1,44 triliun di Q1-2020.

Adapun sepanjang full year 2020, laba bersih SILO tercatat mencapai Rp 116,16 miliar, pulih dari tahun 2019 yang merugi bersih Rp 338,77 miliar. Pemulihan kinerja menjadi laba ini seiring dengan pendapatan 2020 yang naik menjadi Rp 7,11 triliun dari 2019 Rp 7,02 triliun.

Kembali ke periode kinerja 3 bulan tahun ini, margin laba bersih meningkat menjadi 7,9% di 1Q2021 dibandingkan dengan 1,3% di 1Q2020.

"Peningkatan profitabilitas telah didorong oleh fokus berkelanjutan manajemen untuk meningkatkan pendapatan dan strategi manajemen biaya serta pelaksanaan program pengobatan dan pengujian Covid-19," tulis manajemen SILO, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, dikutip Kamis (29/4/2021).

Arus kas bebas Siloam mencapai Rp 510 miliar di Q1-2021, dibandingkan dengan Rp 294 miliar di Q1-2020, tumbuh 73,4%.

Arus kas operasional mencapai Rp 622 miliar pada triwulan pertama 2021 dibandingkan dengan Rp 417miliar pada Q1-2020, tumbuh 49,2%.

Pada akhir kuartal pertama 2021, kas dan setara Siloam adalah Rp 1,13triliun dan Gearing Ratio pada 2,2%.

Jumlah hari pasien rawat inap terus pulih mendekati tingkat pra-Covid di mana Siloam mencatat 179.810 hari di Q1-2021, tumbuh 6,5% kuartal per kuartal dibandingkan dengan 168.911 di Q4-2020.

Jumlah pasien rawat jalan meningkat 4,1% Quarter on Quarter menjadi 545.127 di Q1-2021 dibandingkan dengan 523.506 di Q4-2020. Siloam mencatat peningkatan yang jelas dalam volume pasien yang kembali ke tingkat sebelum Covid-19.

Siloam memulai bisnisnya pada 1996 dan kini mengelola dan mengoperasikan 39 rumah sakit, terdiri dari 14 rumah sakit di wilayah Jabodetabek dan 25 rumah sakit yang tersebar di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara.

"Manajemen telah meluncurkan program pengujian Covid-19 yang sukses dengan melakukan lebih dari 2,2 juta pengujian. Siloam telah merawat lebih dari 18.000 pasien Covid-19 dan hingga saat ini telah memvaksinasi lebih dari 113.000 orang. Manajemen juga terus fokus pada peningkatan pendapatan dan manajemen biaya dan hal ini mulai membuahkan hasil yang positif yang dibuktikan dengan peningkatan margin profitabilitas," kata Presiden Direktur Siloam, Ketut Budi Wijaya, dalam keterangan resmi.

NEXT: Cerita Dampak Pandemi

Sebelum mencetak laba signifikan di 3 bulan tahun ini, jaringan rumah sakit Siloam sebetulnya sempat tertekan dengan adanya serangan pandemi virus Corona yang mulai muncul sejak awal tahun 2020 lalu. Hal itu diungkapkan oleh Caroline Riady, Wakil Presiden Direktur Siloam International Hospitals.

Dia menyatakan manajemen harus berjibaku menghadapi pandemi di masa awal kemunculan Maret 2020. BahkandDi suatu hari dia bercerita cash flow atau arus keuangan perusahaan hanya bersisa untuk 21 hari ke depan saja.

Dia mengatakan hal ini terjadi karena banyak pasien yang ketakutan untuk ke rumah sakit. Jumlah pasien rawat jalan maupun rawat inap mengalami penurunan signifikan, sehingga pemasukan ke Siloam berkurang.

"Pada suatu hari direktur keuangan saya sampaikan, 'bu kita cashflow udah tinggal 21 hari', dan pada saat itu pasiennya juga takut ke rumah sakit jadi nggak ada pasien berobat," ujar Caroline dalam program Ask d'Boss, dilansir Detikfinance.

Dengan kondisi arus kas bertahan 21 hari, dia mengaku jaringan rumah sakit yang dia kelola harus melakukan investasi yang besar untuk mempersiapkan diri menghadapi pandemi. Mulai dari membeli kelengkapan APD (alat pelindung diri) untuk para tenaga kesehatan, hingga mengeluarkan uang untuk membuat unit khusus Covid-19.

"Dengan kondisi demikian, 21 hari cash dan kita tetap harus lakukan investasi. Kita harus beli APD yang harganya sangat mahal sekali, kita harus pasang negative pressure di ruangan-ruangan kita, kita bangun gedung yang baru untuk Covid. Kita beli ventilator," katanya.

Meski begitu, dia mengaku tak menyesali keputusannya itu. Dia tetap mendukung secara all out pemerintah untuk menangani pandemi.

Pandemi berjalan berbagai hal pun terjadi, salah satunya adalah kebijakan pemerintah yang mau membayar biaya penanganan pasien Covid-19 ke rumah sakit. Hal itu dinilai sangat membantu.

"Sejak itu memang beberapa hal terjadi. Pertama pemerintah mengumumkan biaya pasien Covid di-cover, itu sangat membantu," ungkap Caroline.

"Dengan ada testing dan lain sebagainya, pasien pelan-pelan berangsur kembali. Sekarang apakah jumlah pasien sudah kembali? Saya katakan belum, memang sudah lebih baik, tapi saya bisa katakan belum," ujarnya.

Masalah keuangannya hingga kini dia mengklaim cash flow alias arus kas masih bisa dijaga meski makin tipis. Dia mengaku mendapatkan bantuan keuangan dari beberapa bank, namun tidak merinci apa jenis bantuannya.

"Kita masih bisa jaga cash flow, cuma makin lama memang makin tipis. Tapi kita bisa menjaga dan kami dapat bantuan dari beberapa bank yang sangat suportif dan saya terima kasih sekali," jelas Caroline.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Berkah Pandemi untuk SILO, dari Rugi Jadi Cetak Laba Rp 291 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular