
Baby Boomers 'Gaptek' Ogah ke Kripto, tapi Tajir Melintir

Dua tokoh panutan dalam dunia investasi, Chairman & CEO Berkshire Hathaway dan dari Indonesia, Lo Kheng Hong secara gamblang menolak berinvestasi pada aset kripto.
Buffett bahkan berulang kali mengatakan Bitcoin merupakan investasi yang buruk, punya kecenderungan spekulasi tinggi alias berjudi. Sementara Lo Kheng Hong menilai kripto tak memiliki aset yang berwujud.
Tahun 2018 lalu saat pertemuan tahunan Berkshire, investor kawakan ini pernah membandingkan uang kripto dengan kemungkinan kotak racun tikus. Selanjutnya dia mengatakan pada CNBC, Bitcoin tidak menciptakan apa-apa.
"Saat Anda membeli aset non-produktif, semua yang anda andalkan adalah orang membayar lebih pada anda karena mereka lebih bersemangat saat ada orang lain datang," kata Warren, dikutip dari Express, Senin (26/4/2021).
Beberapa minggu sebelumnya, dia bahkan menyebut berinvestasi pada Bitcoin adalah perjudian. Menurutnya itu jenis pemain bukan investasi.
Warren juga sempat memperingatkan para investor jika Bitcoin dan mata uang kripto lain 'hampir pasti' akan datang 'di akhir yang buruk'.
Sementara itu, investor kawakan Indonesia Lo Kheng Hong rupanya tak mau ikut latah ikut terjun berinvestasi ke aset kripto. Pria yang mendapat julukan Warren Buffet Indonesia ini menilai kripto tak memiliki aset yang berwujud.
"Saya tidak tertarik membeli cryptocurrency atau uang digital, karena tidak ada Aset berwujud yang menyertainya," kata Lo, sapaan akrabnya, kepada CNBC Indonesia, Senin (26/4/2021).
Bagi Lo, investasi saham merupakan satu-satunya investasi yang menjanjikan. Penganut prinsip value investing ini menilai, saham merupakan bentuk kepemilikan pada suatu perusahaan yang menghasilkan produk dan jasa untuk kebutuhan manusia.
Selain itu, lanjut Lo, perusahaan punya nilai tambah karena membuka lapangan kerja dan memberikan kontribusi bagi pendapatan negara dalam bentuk pembayaran pajak.
"Saya hanya tertarik membeli saham karena saham adalah kepemilikan dalam perusahaan yg bisa menghasilkan produk & jasa bagi hidup kita. (Perusahaan) menciptakan lapangan pekerjaan dan membayar pajak kepada negara," kata Lo lebih lanjut.
(chd/chd)