
India Jadi "Neraka" Covid-19, Rupiah Apa Kabar Hari Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah berakhir stagnan melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.480/US$ pada perdagangan Selasa kemarin, setelah sempat kembali ke atas Rp 15.000/US$.
Pada perdagangan hari ini, Rabu (28/4/2021) pergerakan rupiah kemungkinan masih akan sama dengan kemarin, sebab indeks dolar AS kembali naik, dan ada pengumuman hasil rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed).
Indeks dolar AS yang berbalik menguat membuat mata uang utama Asia berguguran. Indeks dolar AS kemarin naik 0,11%, dan pagi ini naik lagi 0,08%.
Pada pekan lalu, indeks ini merosot nyaris 1% pada pekan lalu. Indeks dolar AS bahkan sudah melemah dalam 3 pekan beruntun, dengan persentase 2,33%.
Kasus penyakit virus corona (Covid-19) yang kembali meningkat di Eropa membuat dolar AS yang menyandang status safe haven kembali menjadi sasaran investasi. Jerman, salah satu negara yang menghadapi kenaikan kasus Covid-19 dan sudah menerapkan aturan pembatasan aktivitas masyarakat yang lebih ketat dan bakal berlaku hingga Juni nanti.
Di India kasus Covid-19 sudah meledak, bahkan 2 pekan ke depan rumah sakit diperkirakan akan menjadi "neraka".
"Situasinya kritis sekarang. Pandemi ini adalah yang terburuk yang pernah kami lihat. Dua minggu ke depan akan menjadi neraka bagi kami," ujar Dr Shaarang Sachdev dari Rumah Sakit Healthcare Super Speciality, seperti dikutip dari Sky News, Selasa (27/4/2021).
Kenaikan kasus Covid-19 tersebut juga memicu kekhawatiran di dalam negeri, sebab adanya fenomena mudik di bulan Ramadan. Oleh karena itu, pemerintah menerapkan larangan mudik dan mengetatkan aturan perjalan.
Pelaku pasar juga menanti hasil rapat kebijakan moneter The Fed yang akan diumumkan Kamis dini hari waktu Indonesia. The Fed diperkirakan belum akan merubah kebijakannya, tetapi pasar tetap menanti kemungkinan adanya petunjuk terbaru akan kebijakan ultra longgar akan mulai diketatkan, mengingat perekonomian AS pulih lebih cepat dari ekspektasi.
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan sebab rupiah berakhir stagnan dan di ke bawah Rp 14.500/US$ yang tentunya mendapat momentum penguatan.
Potensi penguatan rupiah diperbesar dengan munculnya stochastic bearish divergence. Stochastic dikatakan mengalami bearish divergence ketika grafiknya menurun, tetapi harga suatu aset masih menanjak.
Munculnya stochastic bearish divergence kerap dijadikan sinyal penurunan suatu aset, dalam hal ini USD/IDR bergerak turun, atau rupiah akan menguat.
![]() Foto: Refinitiv |
Rupiah masih berada di atas rerata pergerakan (moving average) MA 200 hari, sebelumnya juga sudah melewati MA 50 (garis hijau), dan MA 100 (garis oranye). Artinya rupiah kini bergerak di atas 3 MA yang menjadi penghalang rupiah untuk menguat jauh.
Support terdekat berada di kisaran Rp 14.450-14.470/US$. Penembusan ke bawah level tersebut akan membuka ruang penguatan lebih jauh di pekan ini setidaknya menuju Rp 14.420 hingga 14.390/US$.
Namun, jika kembali ke atas Rp 14.500/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.530 hingga Rp 14.550/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'
