
It's INAF! Laba Anjlok 100%, Saham Indofarma Masih Longsor

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten farmasi BUMN, PT Indofarma Tbk (INAF) baru saja mengumumkan laporan keuangan 2020 yang kurang menggembirakan. Pasalnya, laba Indofarma Ambles hampir 100% sepanjang tahun lalu.
Adapun pergerakan saham INAF sepanjang sesi I hari ini, pukul 10.37 WIB, menguat 1,34% ke Rp 2.270/saham.
Namun, selama sebulan terakhir dan secara year to date (Ytd) saham INAF tercatat anjlok setelah sempat melejit pada Januari lalu. Dalam sebulan INAF ambles 15,93%, sementara dalam Ytd ambrol 43,67%.
Menariknya, saham INAF bersama dengan duo emiten farmasi pelat merah lainnya, KAEF dan PEHA, setelah mengalami 'demam' kenaikan setelah didorong sentimen vaksinasi Covid-19 pada pertengahan Januari tahun ini, saham tersebut cenderung bergerak 'menuruni bukit'.
Berikut grafik saham INAF selama setahun belakangan.
Apabila menilik grafik di atas, INAF cenderung naik setidaknya sejak Oktober tahun lalu, hingga akhirnya kompak melesat meraih all time high dalam setahun terakhir pada 12 Januari 2021.
INAF melonjak ke posisi Rp 6.975/saham pada tanggal tersebut. Sebagai catatan saja, KAEF melesat ke Rp 6.975/saham dan anak usaha KAEF, PEHA melejit di Rp 2.640/saham pada hari yang sama.
Melesatnya INAF, dan KAEF beserta PEHA, terjadi sehari sebelum program vaksinasi Covid-19 dimulai. Asal tahu saja, INAF dan KAEF sebelumnya telah ditunjuk sebagai distributor vaksin Covid-19.
Sebagai informasi, pada 13 Januari lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan jajaran menteri kabinet Indonesia Maju menjadi penerima vaksin Covid-19 pertama, menandai dimulainya pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Tanah Air.
Sebelumnya, laba bersih Indofarma tercatat senilai Rp 27,58 juta pada tahun 2020, atau ambles 99,65% atau nyaris 100% dari periode tahun 2019 sebesar Rp 7,96 miliar.
Meski demikian perseroan mencatatkan rugi komprehensif yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp 3,63 miliar dari laba komprehensif Rp 8,29 triliun di tahun sebelumnya.
Anjloknya laba bersih ini terjadi kendati pendapatan INAF mencapai Rp 1,72 triliun naik 26,22% dari tahun sebelumnya Rp 1,36 triliun, sementara INAF mampu mencatat laba usaha Rp 58,17 miliar dari tahun sebelumnya Rp 50,06 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan INAF, penjualan terbesar dari pasar lokal untuk obat, alat kesehatan, diagnostik dan lainnya sebesar Rp 849,73 miliar naik dari tahun sebelumnya Rp 633,41 miliar, penjualan ethical naik menjadi Rp 836,36 miliar, dari sebelumnya Rp 702,26 miliar, dan penjualan over the counter (obat bebas tanpa resep) naik menjadi Rp 11,17 miliar dari Rp 9,09 miliar.
Untuk ekspor penjualan over the counter turun menjadi Rp 12,17 miliar dari Rp 12,19 miliar dan ethical naik menjadi Rp 6,16 miliar dari sebelumnya Rp 2,23 miliar.
Klien terbesar yakni PT Promosindo Media dengan penjualan sebesar Rp 257,93 miliar dan Direktorat Tata Kekola Obat Publik dan Perbekes Rp 209,14 miliar.
Manajemen INAF dalam laporan keuangan menyatakan bahwa secara keseluruhan, laba tahun berjalan perseroan di tahun 2020 menunjukkan penurunan sebesar Rp 7,93 miliar atau 99,62% menjadi Rp 30 juta bila dibandingkan dengan tahun 2019 sebesar Rp 7,96 miliar.
"Hal tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan Beban Pajak Penghasilan dan adanya beban Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) Piutang sebagai dampak dari penerapan PSAK 71 senilai Rp 38 miliar yang menjadi kerugian tahun buku 2020. Penurunan Laba Tahun Berjalan tersebut memberikan dampak penurunan terhadap Saldo Laba Perseroan di tahun 2020," kata manajemen, dikutip CNBC Indonesia, Selasa (27/4/2021).
INAF bersama 'saudaranya' Kimia Farma (KAEF) menjadi emiten farmasi di bawah kendali Holding BUMN Farmasi PT Bio Farma dengan pengendalian di bawah Kementerian BUMN yang dipimpin Menteri Erick Thohir.
Manajemen mengungkapkan, selama pandemi, pada sektor kesehatan, produk-produk terkait Covid-19 mengalami peningkatan kebutuhan yang signifikan.
Kondisi ini bersamaan dengan upaya INAF menata fokus usaha sehingga perseroan mengimbangi dengan melakukan percepatan implementasi strategi fokus usaha di bidang alat kesehatan sesuai dengan program kerja Holding BUMN Farmasi sekaligus membantu upaya pemerintah dalam percepatan penanganan pandemi Covid 19.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kenaikan Pencadangan Tekan Laba Bersih, Ini Kata Bos INAF