
Digempur Banyak Sentimen Negatif, Rupiah Maju Tak Gentar!

Sementara itu, lembaga pemeringkat global yang berbasis di New York AS, Standard and Poor's (S&P) masih mempertahankan prospek atau outlook "negatif" atas surat utang Indonesia dengan rating BBB pada 22 April 2021.
Peringkat surat utang Indonesia diturunkan menjadi "negatif" dari sebelumnya "stabil" pada 17 April 2020 lalu.
Berdasarkan laporan resmi S&P dikutip Jumat pagi (23/4), lembaga rating ini menyatakan bahwa peringkat Indonesia dipertahankan pada level BBB (Investment Grade) karena prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat dan rekam jejak kebijakan yang berhati-hati yang tetap ditempuh otoritas.
Pada sisi lain, S&P juga menyatakan bahwa risiko fiskal dan risiko eksternal terkait pandemi Covid-19 perlu menjadi perhatian.
S&P memperkirakan perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terakselerasi pada 2022 seiring percepatan program vaksinasi dan normalisasi aktivitas ekonomi secara bertahap.
Pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja oleh Pemerintah pada November 2020 juga akan menciptakan lapangan kerja dan menarik penanaman modal asing (PMA) sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Di sisi fiskal, dalam jangka pendek, S&P memperkirakan Pemerintah akan mempertahankan kebijakan fiskal yang ekspansif untuk mendorong pemulihan ekonomi, sehingga defisit fiskal akan lebih tinggi dibandingkan rata-rata historisnya.
S&P memandang dukungan fiskal masih dibutuhkan untuk mitigasi dampak pandemi dan mendukung pemulihan ekonomi. Selanjutnya, S&P memperkirakan bahwa Pemerintah akan secara bertahap mengembalikan kebijakan fiskal ke arah yang lebih prudent.
S&P mencatat peran Bank Indonesia (BI) dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan meredakan guncangan ekonomi dan keuangan.
Langkah BI membeli surat berharga Pemerintah di pasar primer sebagai last resort, dapat membantu Pemerintah mengelola kebutuhan pendanaan dan menurunkan beban bunga ketika pasar keuangan sedang mengalami tekanan.
S&P memandang langkah ini tidak terindikasi memberikan dampak signifikan terhadap inflasi dan imbal hasil obligasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
