
India & Jepang Kompak Bikin Minyak Tak Bergairah Minggu Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah ambles tiga hari terakhir secara beruntun. Kenaikan stok minyak mentah AS yang tak sesuai ekspektasi dan lonjakan kasus infeksi Covid-19 di India dan Jepang membuat harga semakin tertekan.
Harga kontrak futures (berjangka) Brent turun 0,4% ke US$ 65,06/barel dan harga kontrak Light Sweet drop 0,51% ke US$ 61,04/barel. Di minggu ini harga kedua kontrak minyak ini sudah turun 3%.
Secara mengejutkan Badan Informasi Energi (EIA) AS melaporkan terjadi kenaikan stok minyak mentah minggu lalu. Stok naik 594 ribu barel. Padahal analis memperkirakan stok turun hampir 3 juta barel.
Sementara itu stok bensin naik 86 ribu barel atau lebih rendah dari konsensus pasar yang memperkirakan bakal naik 464 ribu barel. Kenaikan stok ini juga dilaporkan oleh pihak asosiasi industri yakni American Petroleum Institute (API).
"Harga minyak berada di bawah tekanan minggu ini karena meningkatnya kekhawatiran bahwa melonjaknya jumlah kasus Covid-19 di India dan Jepang akan memperlambat pemulihan permintaan bahan bakar di Asia," kata Toshitaka Tazawa, analis di pialang komoditas Fujitomi Co kepada Reuters.
India sebagai konsumen minyak terbesar ketiga di dunia, pada hari Rabu melaporkan rekor peningkatan terbaru dalam jumlah kematian harian akibat Covid-19. Jepang, importir minyak nomor 4 dunia, sedang mempertimbangkan keadaan darurat untuk Tokyo dan Osaka karena lonjakan jumlah kasus baru.
Kenaikan kasus infeksi di Asia menjadi sentimen yang memberatkan harga minyak meski di awal pekan ada kabar dari Libya yang membuat harga si emas hitam naik.
Perusahaan minyak nasional (NOC) Libya mengumumkan keadaan kahar (force majeur) untuk ekspor dari Pelabuhan Hariga dan mengatakan pihaknya dapat memperluas langkah itu ke fasilitas lain karena terjadi perselisihan anggaran dengan bank sentral negaranya.
"Gangguan tersebut dapat memangkas produksi minyak Libya sebesar 280.000 barel per hari (bph) dan menjatuhkan produksinya kembali ke bawah 1 juta bph untuk pertama kalinya sejak Oktober," kata ING.
Kini OPEC+ yang akan menggelar pertemuan minggu depan menghadapi dilema. Sebelumnya para kartel tersebut berencana untuk menaikkan produksi secara perlahan. Namun melihat kondisi sedang tak kondusif seperti sekarang ini langkah peningkatan output yang tak bijaksana hanya akan membuat harga minyak semakin tertekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Sentuh Level Tertinggi