
Ini Sederet Proyek Migas Kelas Kakap di Daerah Tajir Minyak

Jakarta, CNBC Indonesia - Sumatera menjadi daerah penghasil minyak dan gas bumi (migas) terbesar alias tajir minyak di negeri ini. Berdasarkan catatan dari Kementerian Keuangan, pulau Sumatera menerima alokasi Dana Bagi Hasil (DBH) terbesar tahun ini, yakni mencapai sebesar Rp 3,7 triliun.
Jumlah tersebut terdiri dari 39 daerah penghasil migas menerima alokasi DBH migas sebesar Rp 2,4 triliun. Lalu, 94 daerah non penghasil migas dengan alokasi DBH Rp 1,3 triliun.
"Pulau Sumatera memiliki jumlah daerah penghasil maupun alokasi DBH Migas terbesar yaitu 39 daerah dan Rp 3,7 triliun," ungkap Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Asteran Primanto Bhakti dalam webinar, Selasa (20/04/2021).
Lalu, apa saja proyek migas terbesar di Sumatera sehingga menjadikannya daerah tajir minyak se-RI ini?
Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) penghasil migas terbesar di Sumatera antara lain:
1. PT Chevron Pacific Indonesia (CPI)
CPI saat ini mengelola Blok Rokan, blok minyak terbesar ke dua di Tanah Air, setelah Blok Cepu di Jawa Timur yang dioperasikan Exxon Mobil Cepu Limited. Berlokasi di Riau, pada 2020 blok ini berhasil memproduksi minyak sebesar 174.424 barel per hari (bph) dan mengangkut (lifting) minyak sebesar 174.137 bph. Capaian tersebut turun bila dibandingkan dengan realisasi produksi minyak 2019 sebesar 190.003 bph dan lifting minyak 190.131 bph.
Namun, kontrak CPI di Blok Rokan akan berakhir pada 8 Agustus mendatang dan mulai 9 Agustus 2021 pengelolaan Blok Rokan akan beralih kepada PT Pertamina (Persero).
2. PT Pertamina EP
Unit bisnis bidang produksi dan eksplorasi migas PT Pertamina (Persero) ini tersebar menjadi lima aset dan terdiri dari 22 lapangan, enam proyek pengembangan, dan 27 kerja sama operasi. Secara keseluruhan, Pertamina EP mengelola 113.629 km2 di 155 kabupaten.
Di Sumatera, Pertamina EP memiliki sejumlah aset besar, antara lain Pertamina EP Asset 1 yang meliputi Field (Lapangan) Rantau (Aceh Tamiang), Field Pangkalan Susu (Sumatera Utara), Lirik (Riau), Jambi, dan Ramba.
Sementara Asset 2 meliputi lapangan migas di wilayah Sumatera Selatan, antara lain Field Prabumulih, Pendopo, Limau, dan Adera.
Sementara Asset 3-5 meliputi wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Secara keseluruhan, pada 2020 Pertamina EP memproduksi minyak sebesar 79.209 bph, turun dari 2019 sebesar 82.213 bph.
3. ConocoPhillips (Grissik) Ltd
ConocoPhillips mengoperasikan Blok Corridor dengan memegang hak partisipasi sebesar 54%. Blok ini berlokasi di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
ConocoPhillips telah menerima perpanjangan kontrak selama minimal tiga tahun menjadi hingga 2026 dari semula kontrak berakhir di 2023. Namun ketika Pertamina menyatakan sudah siap untuk menjadi operator, maka pengelolaan blok ini beralih kepada PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Corridor.
Setelah perpanjangan kontrak pada 2023 ini, maka hak partisipasi ConocoPhillips di blok ini turun menjadi 46%, lalu Talisman Corridor Ltd (Repsol) 24%, dan PHE Corridor 30%.
Penandatanganan kontrak perpanjangan ini telah dilaksanakan pada 11 November 2019 lalu. Kontrak perpanjangan ini nantinya berlaku efektif selama 20 tahun per 20 Desember 2023 dengan menggunakan skema Kontrak Bagi Hasil Gross Split.
ConocoPhillips merupakan produsen gas terbesar ke dua di Indonesia, setelah BP Berau Ltd, dengan produksi mencapai 952 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD) dan salur gas 767 MMSCFD pada 2020. Adapun jumlah realisasi salur gas pada 2020 ini turun dibandingkan 2019 yang sebesar 844 MMSCFD.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mimpi RI Cetak Rekor Produksi Migas Terbesar Sepanjang Masa
