Usai Jeblok 0,8%, Kurs Dolar Australia Merayap Naik Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 April 2021 11:58
Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Australia Selasa kemarin jeblok 0,8% melawan rupiah, tetapi pada perdagangan Rabu (21/4/2021) mulai merayap naik lagi. Data ekonomi Australia yang sekali lagi menunjukkan pemulihan membuat dolarnya bertenaga.

Melansir data Refinitiv, dolar Australia menguat 0,1% ke Rp 11.205,54/AU$ pada pukul 11:26 WIB di pasar Spot. Kemarin sebelum jeblok, mata uang Negeri Kanguru ini menembus lagi Rp 11.300/AU$ yang merupakan level tertinggi sejak Juni 2014.

Rekor termahal dolar Australia di Rp 11.422,4/AU$ yang dicapai pada 27 Juni lalu. Artinya dolar Australia berpeluang besar mencetak rekor tertinggi baru dalam waktu dekat, jika data ekonomi terus menunjukkan perbaikan.

Biro Statistik Australia melaporkan penjualan ritel pada Februari naik 1,4% dari bulan sebelumnya (month-to-month/MoM). Kenaikan tersebut terjadi setelah mengalami penurunan dalam 2 bulan beruntun. Kenaikan tersebut juga lebih tinggi dari proyeksi Reuters sebesar 1%.

Reuters melaporkan membaiknya pasar tenaga kerja membuat tingkat kepercayaan konsumen meningkat dan mendorong belanja.

Pekan lalu melaporkan tingkat pengangguran Australia di bulan Maret dilaporkan turun menjadi 5,6% dari bulan Februari 5,8%. Tingkat pengangguran tersebut merupakan yang terendah sejak Maret 2020 lalu.

Penurunan tingkat pengangguran tersebut bahkan terjadi saat partisipan di pasar tenaga kerja melonjak tajam. Tingkat partisipan dilaporkan sebesar 66,3%, menjadi yang tertinggi sejak tahun 1978.

Selain itu, sepanjang bulan Maret perekonomian Negeri Kanguru mampu menyerap 70.700 tenaga kerja, dua kali lipat dari prediksi pasar sebanyak 35.200 tenaga kerja.

Rilis data terbaru hari ini mengkonfirmasi pandangan bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) terkait pemulihan ekonomi dan pasar tenaga kerja yang lebih cepat dari perkiraan.

Dengan pemulihan tersebut, begitu juga dengan perekonomian maka suku bunga negatif tidak akan diterapkan di Australia. Meski demikian, RBA menyatakan suku bunga tidak akan dinaikkan sampai tahun 2024.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular