Lama Dikangkangi Bitcoin dkk, Emas Ngamuk Bidik US$ 1.835/oz

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 April 2021 18:40
Petugas menunjukkan koin emas Dirham di Gerai Butik Emas Antam, Jakarta, Kamis (4/2/2021). Bank Indonesia (BI) mengajak masyarakat dan berbagai pihak untuk menjaga kedaulatan Rupiah sebagai mata uang NKRI.    (CNBC Indonesia/ Tri Susislo)
Foto: Koin Emas Dirham (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia melesat dalam 3 hari perdagangan hingga Senin (19/4/2021). Bitcoin yang mengalami crash menjadi salah satu pemicu kenaikan emas. Selain itu, yield obligasi (Treasury) serta indeks dolar AS yang jeblok juga membuat menyentuh level tertinggi nyaris 2 bulan terakhir.

Pada pukul 16:13 WIB, emas dunia diperdagangkan di kisaran US$ 1.787,13/troy ons, menguat 0,61% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pada Jumat dan Kamis pekan lalu, logam mulia ini melesat 0,74% dan 1,57%. Sehingga dalam tiga hari hingga sore ini penguatan tercatat nyaris 3%.

Bitcoin selama ini menggerogoti pasar emas, sebab mata uang kripto paling populer ini digadang-gadang sebagai emas digital.

JP Morgan di awal bulan ini melaporkan pada periode Oktober 2020 hingga Maret 2021, terjadi capital outflow dari ETF emas sebesar US$ 20 miliar, sebaliknya terjadi capital inflow sebesar US$ 7 miliar ke bitcoin.

Harga bitcoin yang terus meroket membuat emas menjadi kurang menarik. Bitcoin mencapai rekor tertinggi US$ 64.899,97/BCT pada Rabu (14/4/2021), tetapi setelahnya crash, terus menurun dan hari Minggu kemarin sempat menyentuh level US$ 5.1431,1/BTC. Artinya, sejak menyentuh rekor tertinggi hingga ke level terendah tersebut, harga bitcoin anjlok 20,75%, sebelum mengakhiri perdagangan di US$ 55.555/BTC.

Sementara itu yield Treasury tenor 10 tahun sepanjang pekan lalu turun 9,3 basis poin ke 1,573% yang merupakan level terendah dalam 1 bulan terakhir. Penurunan masih berlanjut sebesar 1,77 basis poin pada hari ini.

Sementara itu, sepanjang pekan lalu indeks dolar AS tersebut turun 0,66% ke 91,556. Di pekan sebelumnya indeks dolar AS juga anjlok 0,92%. Artinya dalam 2 pekan mengalami penurunan lebih dari 1,5%.

Kemerosotan masih berlanjut sebesar 0,42% ke 91,173 hingga sore ini, yang merupakan level terendah sejak 4 Maret lalu.

Baik Treasury maupun indeks dolar AS tertekan setelah ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell, pada Rabu lalu yang menyebutkan perekonomian AS memang sudah membaik, dan inflasi juga akan terus naik. Tetapi hal tersebut masih belum cukup bagi The Fed untuk menaikkan merubah kebijakan moneternya, yang masih akan dipertahankan hingga krisis berakhir.

Sementara itu, survei mingguan yang dilakukan Kitco terhadap 13 analis Wall Street menunjukkan semuanya alias 100% memprediksi emas akan bullish (tren naik) di pekan ini.

"Naiknya harga emas hingga ke US$ 1.780/troy ons memberikan optimisme berlanjutnya kenaikan, dan saat ini hanya masalah seberapa tinggi emas akan menanjak," kata Ole Hansen, kepala komoditas di Saxo Bank, sebagaimana dilansir Kitco, Jumat (16/4/2021).

Secara teknikal, peluang penguatan terbuka lebar setelah membentuk pola Double Bottom, dan melewati neckline di kisaran US$ 1.755/troy ons.

xauFoto: Refinitiv

Bottom pola ini berada di kisaran US$ 1.676/troy ons. Dari level tersebut hingga ke neckline sebesar US$ 79, sehingga ketika neckline ditembus secara konsisten emas berpeluang naik dengan besar yang sama.

Artinya, target penguatan emas ke US$ 1.835/troy ons.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Melesat Nyaris 150%, Millienial Pilih Bitcoin Ketimbang Emas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular