
Yield Treasury & Indeks Dolar AS Drop, Ayo Rupiah Kuat Dong?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah stagnan melawan dolar Amerika Serikat (AS) di Rp 14.560/US$ sepanjang pekan lalu. Meski berakhir stagnan, tetapi rupiah membukukan catatan buruk, tidak pernah menguat dalam 9 pekan beruntun.
Sebelumnya rupiah membukukan pelemahan dalam 8 pekan beruntun. Catatan tersebut merupakan yang terburuk sejak September 2015, saat itu rupiah membukukan pelemahan 11 pekan beruntun.
Di pekan ini, rupiah berpeluang mengakhiri catatan buruk tersebut, sebab yield obligasi dan indeks dolar AS sedang dalam tren menurun. Jika tren tersebut berlanjut, ruang penguatan rupiah tentunya akan cukup besar.
Yield Treasury tenor 10 tahun sepanjang pekan lalu turun 9,3 basis poin ke 1,573% yang merupakan level terendah dalam 1 bulan terakhir.
Penurunan yield Treasury dapat membuat sentimen pelaku pasar membaik, yang akan menguntungkan bagi rupiah. Selain itu dampak positif juga akan dirasakan Surat Berharga Negara (SBN). Sebab, selisih yield akan semakin melebar dan SBN akan menjadi lebih menarik bagi para investor.
Ketika aliran modal masuk ke pasar obligasi, begitu juga pasar saham, nilai tukar rupiah akan menjadi bertenaga.
Selain itu, sepanjang pekan lalu indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut turun 0,66% ke 91,556 yang merupakan level terendah dalam 1 bulan terakhir. Di pekan sebelumnya indeks dolar AS juga anjlok 0,92%. Artinya dalam 2 pekan mengalami penurunan lebih dari 1,5%.
Baik Treasury maupun indeks dolar AS tertekan setelah ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell, pada Rabu lalu yang menyebutkan perekonomian AS memang sudah membaik, dan inflasi juga akan terus naik. Tetapi hal tersebut masih belum cukup bagi The Fed untuk menaikkan merubah kebijakan moneternya, yang masih akan dipertahankan hingga krisis berakhir.
Sementara itu dari dalam negeri, perhatian tertuju pada Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan kebijakan moneter pada hari Selasa (20/4/2021). BI kemungkinan besar belum akan merubah kebijakan moneternya, tetapi pelaku pasar akan melihat bagaimana pandangan BI terkait pemulihan ekonomi Indonesia, apalagi setelah IMF menurunkan proyeksinya di tahun ini.
Pandangan BI terkait nilai tukar rupiah yang sudah 9 pekan melemah juga bisa menggerakkan Mata Uang Garuda.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Analisis TeknikalĀ
