
Sekalinya Perkasa, Rupiah Hantam 3 Dolar Sekaligus!

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah akhirnya mulai perkasa lagi setelah tertekan dalam beberapa hari terakhir. Tidak tanggung-tanggung, tiga dolar dilibas sekaligus. Data ekonomi dari dalam negeri yang bagus, serta capital inflow membuat rupiah mampu bangkit dari keterpurukan.
Melansir data Refinitiv, pada pukul 13:27 WIB, rupiah menguat 0,21% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.570/US$. Sebelumnya, rupiah tidak pernah menguat dalam 6 hari perdagangan.
Rupiah juga menguat 0,28% melawan dolar Singapura ke Rp 10,907,32/SG$, setelah menyentuh level terlemah dalam satu tahun terakhir kemarin.
Melawan dolar Australia, rupiah mampu menguat 0,37% ke Rp 11.254,43/AU$. Kemarin, Mata Uang Garuda menyentuh level terlemah dalam nyaris 7 tahun terakhir melawan dolar Australia.
Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data perdagangan internasional Indonesia periode Maret 2021. Hasilnya jauh lebih baik dari ekspektasi pasar.
BPS melaporkan nilai ekspor Indonesia bulan lalu adalah US$ 18,35 miliar. Naik 30,47% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Sementara dibandingkan dengan Februari 2021 (month-to-month/mtm), nilai ekspor Indonesia tumbuh 20,31%.
Sementara impor pada Maret 2021 adalah US$ 16,79 miliar. Tumbuh 25,73% yoy, dan 26,55% mtm.
Dengan demikian, neraca perdagangan periode Maret 2021 mencatatkan surplus US$ 1,56 miliar.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 12,085% yoy. Sementara impor diproyeksi naik 6,925% yoy sehingga neraca perdagangan bakal surplus US$ 1,6 miliar.
Ekspor yang tumbuh positif berarti permintaan dari luar negeri mengalami peningkatan, yang tentunya menjadi kabar bagus saat dunia mencoba memulihkan perekonomian dari keterpurukan akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19).
Sementara jika impor tumbuh positif, artinya perekonomian dalam negeri terus menunjukkan pemulihan. Bahkan dengan impor yang meroket, memberikan gambaran roda bisnis di dalam negeri mulai terakselerasi.
Sementara itu membaiknya sentimen pelaku pasar membuat aliran modal kembali masuk ke negara emerging market dengan imbal hasil tinggi seperti Indonesia. Hal ini terindikasi dari penurunan yield obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN) hari ini.
Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Ketika harga naik maka yield akan turun, begitu juga sebaliknya. Saat harga naik, artinya ada aksi beli yang menjadi indikasi capital inflow.
Yield SBN tenor 10 tahun siang ini turun 5,8 basis poin ke 6,511%.
Sementara itu dari pasar saham, di perdagangan sesi I hari ini investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sekitar 77 miliar. Sementara dalam 2 hari sebelumnya sekitar 1,2 triliun.
Capital inflow tersebut membuat rupiah makin bertenaga pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Jeblok Lagi, Dolar Australia Makin Mahal
