
Bidik IPO Jumbo, Menarik Mana Mitratel-PGE Vs Gojek-Tokpedia?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada tahun ini terdapat sejumlah perusahaan yang berpotensi melantai di pasar modal tanah air dan menghimpun dana dalam jumlah besar.
Gojek, misalnya dikabarkan juga akan melakukan penawaran umum perdana saham di tahun ini. Dana yang dihimpun, Bloomberg memperkirakan valuasi perusahaan Gojek setelah merger dengan Tokopedia akan menghasilkan nilai kapitalisasi pasar senilai US$ 35 miliar sampai dengan US$ 40 miliar atau kisaran Rp 490 triliun - Rp 560 triliun dengan kurs Rp 14.000 per US$.
Jika target dana yang dihimpun dalam IPO sebesar 10% saja dari valuasi keduanya, nilainya mencapai Rp 49 triliun sampai dengan Rp 56 triliun.
Sejumlah pelaku pasar menyakini IPO Gojek akan dilakukan setelah mega merger dengan Tokopedia dilakukan. Apalagi, manajemen Gojek dikabarkan telah mengumumkan rencana merger ini kepada karyawannya.
"Gojek Tokopedia resmi merger. Sudah diumumkan dalam internal Townhall meeting mereka," ujar salah satu sumber.
Isu soal pengumuman merger kepada karyawan Gojek ini tak dibantah ataupun dikonfirmasi oleh Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita. "Kami memahami bahwa ada banyak diskusi yang beredar terkait isu ini, namun kami tidak dapat berkomentar saat ini.
Jika ada informasi yang dapat disampaikan terkait aksi perusahaan, kami akan memberitahu teman-teman media dan para pemangku kepentingan sesegera mungkin," ujarnya.
Sebelumnya, Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI), Pandu Sjahrir menilai, perusahaan rintisan dengan valuasi di atas Rp 14 triliun atau unicorn saat ini punya potensi yang besar untuk menjadi perusahaan publik.
Presiden Komisaris SEA Group Indonesia ini menyebut, bursa saham Indonesia berpotensi mendapat pasokan emiten baru berskala raksasa. Salah satu yang sedang dan dikabarkan akan go public adalah Gojek dan Tokopedia. Hal ini, kata dia akan dinantikan pelaku pasar.
"Gojek - Tokopedia, baru akan mulai go publik tahun ini dan tentu dengan hal tersebut, interest pada perusahaan publik berbau teknologi itu amat tinggi. Potensi interest-nya ya luar biasa, secara indeks saja saya rasa banyak perusahaan ini masuk top ten companies, top 20 companies apabila betul perusahaan seperti Gojek, Tokopedia masuk, saya rasa akan positive effect," kata Pandu Sjahrir, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Senin (22/2/2021).
Ia pun menilai, jika setelah penggabungan tersebut jadi listing di BEI, maka berpotensi menjadi IPO yang terbesar dalam sejarah di Indonesia. "Kalau misalnya 2 dari 3 digabung ini listing, akan jadi IPO terbesar dalam sejarah Republik," bebernya.
Analis Binaartha Sekuritas, M. Nafan Aji Gusta Utama berpendapat, IPO perusahaan big tech company seperti Gojek, di Indonesia memiliki prospek yang cukup positif ke depannya seiring dengan pangsa pasar yang cukup besar, terlebih lagi, Gojek akan merger dengan Tokopedia.
"Semestinya prospektif mengingat pangsa pasar masih bagus, investor bisa melihat dari sisi valuasi, potensi pembagian dividen dan potensi kinerja perusahaan," kata Nafan, saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (16/4/2021).
Namun, jika rencana ini terealisasi, Gojek, kata Nafan juga harus belajar dari perusahaan yang lebih dulu listing di bursa Wall Street seperti UBER dan Lyft, sahamnya jatuh setelah IPO. Hal ini, karena valuasinya sudah mahal, dan mereka belum bisa menjanjikan keuntungan dari kinerja operasionalnya.
Sementara itu, dua perusahaan BUMN yang digadang-gadang juga akan menghimpun dana jumbo ialah anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) di bidang infrastruktur dan menara telekomunikasi, PT Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel. Target dana IPO yang dibidik diprediksi menembus US$ 1 miliar atau setara dengan nyaris Rp 15 triliun, tepatnya Rp 14,5 triliun (kurs Rp 14.500/US$).
Perkiraan itu disampaikan Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury. Pahala menegaskan IPO tak hanya dilakukan Mitratel dengan dana jumbo, melainkan juga IPO dari anak usaha PT Pertamina (Persero) yakni PT Pertamina Geothermal Energy (PGE).
Langkah ini merupakan bagian dari rencana IPO sebanyak 13-14 BUMN dan anak usahanya hingga 4 tahun ke depan.
"Untuk 2021 akan ada dua, salah satunya adalah Mitratel kemudian adalah PGE dan penggabungan dengan geothermal lainnya dengan PLN dan Geo Dipa," kata Pahala dalam wawancara dengan CNBC Indonesia TV, Rabu (14/4/2021).
Sedangkan, menurut kabar yang berkembang, IPO perusahaan pembangkit listrik energi terbarukan ini sebelumnya dikabarkan akan bisa menggalang dana setidaknya mencapai US$ 500 juta atau setara dengan Rp 7,25 triliun.
Menurut Nafan, potensi pengembangan infrastruktur, seperti telekomunikasi dan pembangkit listrik, secara prospek masih menarik. Pasalnya, dengan menjadi perusahaan publik, Pertamina Geotermal maupun Mitratel akan diuntungkan untuk pengembangan infrastruktur yang strategis milik pemerintah dan memperoleh alternatif pendanaan yang lebih luas untuk membiayai proyek-proyek tersebut.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Telkom Sebut IPO Mitratel Bakal Dilaksanakan 2021