
Ekonomi China Meroket 19%, Harga Batu Bara to the Moon dong?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara termal ICE Newcastle berjangka menguat 1% pada penutupan perdagangan kemarin, Kamis (15/4/2021). Apresiasi harga tersebut berhasil membawa batu bara kembali ke level US$ 90/ton.
Kenaikan harga batu bara juga ditopang oleh kabar baik yang datang dari China. Hasil polling Reuters menunjukkan produk domestik bruto (PDB) China diprediksi melesat 19% (yoy) di kuartal I-2021.
Pertumbuhan yang terbilang tinggi, tetapi juga karena low base effect, sebab pada kuartal I-2020 PDB China mengalami kontraksi (tumbuh negatif) sebesar 6,8%. Tidak hanya di kuartal I, perekonomian China juga diprediksi akan semakin membaik sepanjang tahun ini.
Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) merilis World Economic Outlook edisi April merilis proyeksi terbaru pertumbuhan ekonomi.
Dalam laporan tersebut, IMF memberikan proyeksi yang optimistis terhadap perekonomian global. Dalam laporan tersebut, IMF merevisi pertumbuhan ekonomi global di tahun ini menjadi 6%, dibandingkan dengan proyeksi yang diberikan bulan Januari lalu yang sebesar 5,5%.
Sementara itu PDB China diprediksi tumbuh 8,4% sepanjang tahun ini, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya 8,1%.
China merupakan negara tujuan ekspor utama Indonesia, ketika perekonomiannya meningkat, maka tingkat ekspor Indonesia juga berpeluang naik, tak terkecuali untuk batu bara.
Melihat harga sedang tinggi dan China yang masih bersitegang dengan Australia, RI berada di posisi yang diuntungkan. China yang mengalami kendala berupa ketatnya pasokan batu bara akhirnya membuka keran impor, terutama dari Indonesia.
Sebagai konsumen batu bara terbesar di dunia, kenaikan harga batu bara China membuat harga batu bara global juga terimbas naik. China yang sekarang lebih pro terhadap batu bara RI bahkan sudah menandatangani kerja sama untuk mengimpor 200 juta ton batu bara tahun ini, lebih tinggi dari biasanya 140 juta ton.
Pemerintah tak mau kehilangan momentum menaikkan target produksi batu bara di saat harganya sedang naik. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memutuskan untuk menaikkan target produksi batu bara dari 550 juta ton tahun ini menjadi 625 juta ton. Artinya, ada penambahan produksi sebesar 75 juta ton.
Tambahan output tersebut nantinya tidak akan dikenai kewajiban penjualan ke dalam negeri atau domestic market obligation (DME) dan hanya berfokus pada ekspor.
Kebijakan tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.66.K/HK.02/MEM.B/2021 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri ESDM No.255.K/30/MEM/2020 tentang Pemenuhan Kebutuhan Batu Bara Dalam Negeri Tahun 2021.
Tindakan yang dilakukan pemerintah merupakan hal yang wajar dalam prinsip ekonomi. Saat harga suatu barang naik, produsen mendapatkan insentif lebih untuk mendongkrak produksi guna memaksimalkan keuntungan yang diperoleh.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Akhir Musim Dingin, Harga Batu Bara China Mulai Jinak