
Bursa Asia Ditutup Mixed Lagi, Hang Seng & Shanghai Merana

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Asia ditutup bervariasi pada perdagangan Kamis (15/4/2021), karena investor merespons beragam terkait rilis data inflasi di berbagai negara utama di dunia.
Tercatat indeks Nikkei ditutup naik tipis 0,07% ke level 29.642,69, indeks Straits Times Singapura tumbuh 0,17% ke 3.184,77, KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,38% ke 3.194,33, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat 0,48% ke 6.079,50.
Sementara untuk indeks saham di kawasan China, yakni indeks Hang Seng Hong Kong ditutup melemah 0,37% ke 38.793,14, dan Shanghai Composite China terpangkas 0,52% ke 3.398,99.
Pelaku pasar China khawatir bahwa otoritas moneter setempat akan mengetatkan kebijakan suku bunganya jelang rilis data pertumbuhan ekonomi China periode kuartal I-2021 pada Jumat (16/4/2021) besok.
Para pengamat pasar mengatakan pengetatan kebijakan moneter di China telah dimulai dan data ekonomi yang lebih optimis akan memperkuat kebijakan pengetatan Beijing.
Konsensus Reuters memperkirakan ekonomi Negeri Panda akan tumbuh sebesar 19% pada kuartal pertama tahun 2021.
Namun, sebagian besar pelaku pasar Asia lebih optimis dan tidak khawatir terkait harapan pemulihan ekonomi yang lebih cepat pada saat ini, di tengah proses vaksinasi yang terus berlangsung.
Indeks saham KOSPI di Korea Selatan ditutup di zona hijau setelah bank sentral Korea Selatan (Bank of Korea/BoK) memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level 0,5%.
Sedangkan untuk indeks Nikkei Jepang juga berhasil ditutup menghijau setelah kenaikan saham-saham perbankan, menyusul menguatnya saham-saham perbankan di Amerika Serikat (AS) pada Rabu (14/4/2021) waktu setempat.
Sementara itu, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS terus bergerak melandai dan kini berada di level 1,6183%.
Pemodal menilai ekonomi bakal membaik sehingga investasi di aset saham menjadi lebih menggiurkan. Mereka bakal mencari sinyal dan pertanda pemulihan itu dari rilis data klaim tunjangan pengangguran dan penjualan ritel Maret.
Terkait dengan penanganan pandemi, panel yang dibentuk Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention) pada Rabu memutuskan menunda putusan terkait nasib vaksin besutan Johnson and Johnson yang diduga memicu penggumpalan darah penerimanya.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengingatkan bahwa pemerintahan di seluruh dunia kini dituntut untuk bertaruh dengan proses vaksinasi menyusul kenaikan kasus Covid-19 "secara eksponensial."
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
