Balik Arah, Ada Angin Segar Saham BUMN Karya Kembali Hiaju

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
15 April 2021 10:58
Foto aerial proyek pembangunan Jalan Tol Cengkareng -  Kunciran di kawasan Pinang, Tangerang, Banten, Jumat (5/3/2021). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah menyelesaikan tahap akhir pembangunan Jalan Tol Cengkareng - Batu Ceper - Kunciran sepanjang 14,19 Km. Saat selesai nanti, maka akan menghubungkan kawasan Serpong dan sekitar ke Bandara Soekarno-Hatta. Ruas tol ini merupakan salah satu dari 6 ruas Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR II) yang dibangun untuk melengkapi struktur jaringan jalan di kawasan Metropolitan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Progres konstruksi Jalan Tol Cengkareng - Batu Ceper - Kunciran saat ini telah mencapai 93,06 % dan ditargetkan selesai Maret 2021. Ruas tol ini dikelola oleh PT Jasamarga Kunciran Cengkareng (JKC) dengan nilai investasi sebesar Rp 1,96 triliun. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Pembangunan Akses Tol Bandara Internasional Soekarno-Hatta. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas emiten BUMN Karya pelat merah kembali menguat pagi ini, Kamis (15/4/2021). Kenaikan ini melanjutkan penguatan serempak saham-saham tersebut pada penutupan perdagangan kemarin, Rabu (14/3).

Berikut gerak saham emiten konstruksi pelat merah pagi ini, pukul 10.04 WIB:



Berdasarkan tabel di atas, dari 8 saham, ada 6 emiten yang melaju di zona hijau pagi ini, 1 emiten masih stagnan dan 1 sisanya terjungkal di zona merah.

Penguatan tertinggi terjadi di saham WSKT, yakni naik 1,94% ke Rp 1.050/saham dengan nilai transaksi sebesar Rp 25,60/saham. Dengan ini, saham WSKT membukukan reli penguatan selama tiga hari beruntun, atau sejak Selasa (13/4).

Alhasil, dalam sepekan saham ini berhasil memangkas defisit pertumbuhan harga WSKT sebelumnya menjadi stagnan alias 0,00%. Namun, dalam sebulan, saham WSKT, sama seperti saham BUMN Karya lainnya, masih jeblos sedalam 28,08%.

Di posisi kedua, saham WIKA naik 1,05% ke RP 1.445/saham, melanjutkan kenaikan sejak Rabu (14/4). Dalam sepekan saham WIKA masih ambles 3,04%, sementara dalam sebulan anjlok 17,29%.

Pagi ini, hanya saham pengelola jalan tol JSMR yang ambles, yakni sebesar 0,71% KE Rp 4.170/saham. Dengan ini, dalam seminggu JSMR sudah merosot 2,57% dan dalam sebulan sudah melorot 4,58%.

Kinerja saham yang jeblok akhir-akhir ini terjadi seiring tertekannya kinerja fundamental emiten-emiten konstruksi pelat merah.

Ambil contoh, WSKT, yang menjadi perusahaan konstruksi pelat merah yang mencatatkan rapor kinerja keuangan paling buruk di antara yang lainnya.

Pada tahun lalu, WSKT membukukan rugi bersih Rp 7,38 triliun. Rugi bersih yang amat masif ini menyapu bersih seluruh laba ditahan Waskita yang sudah dikumpulkan sejak perseroan pertama kali berdiri pada tahun 1973.

Ini membuat ekuitas WSKT saat ini hanya tersisa Rp 7,53 triliun, lenyap lebih dari separuh tepatnya 57,88% dari posisi tahun lalu Rp 17,88 triliun.

Kabar terbaru, WSKT melakukan divestasi sebagian saham dari dua tol yang dimilikinya kepada PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) atau SMI. Nilai transaksi tersebut mencapai Rp 2,065 triliun atas ruas tol Semarang-Batang dan Cinere-Serpong.

Hal ini disampaikan perusahaan dalam akun iIstagram resminya @waskita_karya. Pelepasan tersebut dilakukan melalui anak usahanya PT Waskita Toll Road (WTR). Pelepasan ini ditandai penandatanganan Perjanjian Jual Beli Bersyarat (PJBB) antara WTR dan SMI pada Senin (12/4).

Adapun sebelumnya, Waskita telah menyebutkan setidaknya telah mempersiapkan 11 ruas tol untuk diinvestasikan melalui dana abadi atau Sovereign Wealth Fund (SWF) dengan perkiraan dana yang bisa dikantongi hingga Rp 31 triliun.

Contoh lainnya, WIKA, yang juga mengalami penurunan kinerja yang signifikan. Laba bersih perusahaan terjun menjadi senilai Rp 185,76 miliar pada 31 Desember 2020 lalu.

Nilai tersebut jauh dari capai perusahaan di periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 2,28 triliun, atau mengalami penurunan hingga 91,87% secara tahunan (year on year/YoY).

Mengenai kinerja BUMN Karya, khususnya WIKA, yang masih 'berdarah-darah', Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito baru-baru ini menjelaskan mengenai situasi sulit yang dialami perusahaan.

"Lima tahun terakhir pemberitaan pembangunan infrastruktur dari BUMN karya ini pesat. Tapi dua minggu terakhir pemberitaan mengenai keuangan BUMN Karya yang berdarah-darah. Makanya perlu disampaikan situasi saat ini akibat pandemi dan strateginya," jelas Direktur Utama Wijaya Karya, Agung Budi Waskito, dalam Webinar Kementerian BUMN, Rabu (14/4/2021).

Selain laba bersih yang anjlok, capaian kontrak dari empat bidang sektor industri, infrastruktur/gedung, energi/pabrik, juga perumahan menurun. Pada 2019 WIKA bisa menorehkan angka capaian kontrak mencapai Rp 41,1 triliun, turun menjadi Rp 23,3 triliun pada 2020.

Agung mengakui selama tahun 2020 tidak ada investasi baru, hanya melakukan pekerjaan yang sudah ada. Memang tidak mencari laba yang besar, tapi tapi masih memonitor cash flow.

Ke depan WIKA akan pilih-pilih investasi seperti energi baru terbarukan, keairan, mineral. Sedangkan kami tidak ada rencana investasi untuk jalan tol dan sebagainya nanti kami akan leading di mineral dan Industri," kata Agung.

Sehingga 40% pendapatan WIKA akan berasal dari industri metal dan mining. Juga fokus pada proyek perumahan, pelabuhan, energi, precast juga perairan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

 


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nasib Saham Konstruksi BUMN, Masih Diobral karena Utang Jumbo

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular