Analisis Teknikal

Indeks Dolar AS Nyungsep 2 Hari, Masa Rupiah Gak Menguat?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 April 2021 08:44
Warga melintas di depan toko penukaran uang di Kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (20/7). di tempat penukaran uang ini dollar ditransaksikan di Rp 14.550. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah belum mampu menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga perdagangan Rabu kemarin (14/4). Rupiah berakhir stagnan di Rp 14.600/US$, sementara 4 hari perdagangan sebelumnya mengalami pelemahan. 

Tekanan bagi rupiah datang dari Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) yang menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Tenggara.

IMF kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini menjadi 4,3%, dibandingkan proyeksi yang diberikan bulan Januari lalu sebesar 4,8%. Pada bulan Oktober tahun lalu, IMF bahkan memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan melesat 6,1%.

Wakil Direktur IMF untuk Departemen Asia dan Pasifik, Jonathan Ostry, mengatakan bahwa peningkatan kasus Covid dan lockdown yang kembali diberlakukan di beberapa wilayah membuat prospek pertumbuhan ekonomi beberapa negara Asia Tenggara menurun.

"Kami khawatir tentang prospek pariwisata, kapan sektor tersebut akan dibuka kembali," kata Ostry pada Rabu (14/4/2021), dikutip dari CNBC International.

Indonesia, Malaysia, dan Filipina, kata, dia, termasuk di antara mereka yang harus memperketat beberapa pembatasan tahun ini menyusul lonjakan kasus Covid. Vaksinasi berjalan lebih lambat dibandingkan dengan banyak negara di dunia.

Statistik yang dihimpun oleh Our World in Data menunjukkan bahwa 3,76% orang di Indonesia telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Covid, lebih rendah dari tingkat global yang sebesar 5,76%. Sementara Malaysia dan Filipina 1,8% dan 0,96%.

Rupiah memiliki peluang menguat pada perdagangan hari ini, Kamis (14/4/2021), sebab indeks dolar AS yang kembali nyungsep 0,23% ke 91,639, level terendah sejak 18 Maret. Sehari sebelumnya indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini juga melemah 0,31%, sayangnya rupiah belum mampu menguat, dan berakhir stagnan kemarin.

Dengan tertekannya indeks dolar AS dalam 2 hari beruntun, tentunya ruang penguatan rupiah lebih besar lagi.

Sementara itu dari dalam negeri, rilis data neraca dagang akan menjadi penggerak rupiah. Neraca dagang menjadi penting karena menggambarkan kinerja ekspor dan impor. Ekspor yang tumbuh positif berarti permintaan dari luar negeri mengalami peningkatan, yang tentunya menjadi kabar bagus saat dunia mencoba memulihkan perekonomian dari keterpurukan akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19).

Sementara jika impor tumbuh positif, artinya perekonomian dalam negeri terus menunjukkan pemulihan. Hasil konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia menunjukkan ekspor dan impor di bulan Maret diperkirakan tumbuh positif, yang tentunya bisa menjadi kabar bagus. 

Ekspor tumbuh 12,085% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Sementara impor diproyeksi naik 6,925% yoy sehingga neraca perdagangan bakal surplus US$ 1,6 miliar.

Secara teknikal, belum ada perubahan dibandingkan kemarin, sebab rupiah berakhir stagnan. Tekanan bagi rupiah yang disimbolkan USD/IDR cukup besar setelah berada di Rp 14.600/US$.

Rupiah berada di atas rerata pergerakan (moving average) MA 200 hari, sebelumnya juga sudah melewati MA 50 (garis hijau), dan MA 100 (garis oranye). Artinya rupiah kini bergerak di atas 3 MA sehingga tekanan menjadi semakin besar.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitv

Namun, munculnya stochastic bearish divergence membuka ruang penguatan rupiah. Stochastic dikatakan mengalami bearish divergence ketika grafiknya menurun, tetapi harga suatu aset masih menanjak.

Munculnya stochastic bearish divergence kerap dijadikan sinyal penurunan suatu aset, dalam hal ini USD/IDR bergerak turun, atau rupiah akan menguat.

Rupiah kini berada di area resisten Rp 14.590 hingga Rp 14.610/US$, jika mampu kembali ke bawahnya ada peluang untuk menguat ke 14.560/US$. Jika level tersebut dilewati, maka rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.520/US$.

Sebaliknya, jika resisten ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.660/US$, sebelum menuju Rp 14.700/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bye Dolar! Rupiah Mengangkasa Pekan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular