Vaksin Johnson & Johnson Disorot, Dow Futures Anjlok 120 Poin

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
13 April 2021 19:05
In this photo provided by the New York Stock Exchange, trader Americo Brunetti works on the floor, Thursday, March 25, 2021. Stocks are wobbling in afternoon trading Thursday as a slide in technology companies is being offset by gains for banks as bond yields stabilize.(Courtney Crow/New York Stock Exchange via AP)
Foto: AP/Courtney Crow

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) tertekan pada perdagangan Selasa (13/4/2021), setelah otoritas merekomendasikan penghentian penggunaan vaksin Johnson & Johnson (J&J) karena efek samiping penggumpalan darah.

Kontrak futures Dow Jones Industrial Average kehilangan 120 poin dari nilai wajarnya, mengindikasikan bahwa indeks berisi 30 saham unggulan di AS tersebut bakal dibuka melemah. Kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdaq juga tertekan, masing-masing sebesar 0,3% dan 0,2%.

Vaksin besutan emiten AS Johnson & Johnson dilaporkan memicu kasus penggumpalan darah akut terhadap enam orang penerima vaksin di AS. Dugaan tersebut kini sedang ditelusuri Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention).

"Kami merekomendasikan jeda penggunaan vaksin ini menyusul banyaknya peringatan," ujar Badan Obat dan Makanan (Food and Drug Administration/FDA) dalam pernyataannya di Twitter.

Saat ini, ada 6,8 juta vaksin besutan mereka yang siap disuntikkan ke warga AS. FDA menilai seruan tersebut diperlukan untuk mendorong penyelenggara vaksinasi mengantisipasi jenis perawatan bagi para penerima vaksinnya.

Saham J&J anjlok 3% di sesi pra pembukaan. Saham siklikal lain pun tertekan karena situasi tersebut berpeluang menunda pemulihan ekonomi AS. Saham Carnival Corp dan American Airlines kompak ambles hingga 2%.

Investor juga memantau data inflasi Maret yang akan dirilis hari ini, yang diperkirakan kembali ke level sebelum pandemi melanda, dan kian meninggi beberapa bulan ke depan. Ekonom dalam polling Dow Jones memperkirakan inflasi naik 0,5% secara bulanan dan 2,5% secara tahunan.

Pemerintah dan bank sentral AS memberi pernyataan senada, yang menyatakan bahwa inflasi AS akan meningkat beberapa bulan ke depan. Kenaikan itu diduga sesaat akibat kecilnya basis Maret 2020 akibat pembatasan masyarakat (lockdown) dan mulai dibelanjakannya stimulus.

"Kita akan segera melihat imbas dari pandemi Covid-19 2020 di data ekonomi. Area khusus yang menjadi fokus adalah inflasi. Pesan kami sederhana: jangan termakan kenaikan palsu ini," tulis Putnam Investments dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.

Pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menyatakan kesediaannya untuk membiarkan inflasi meninggi dalam beberapa waktu tanpa melakukan perubahan kebijakan akomodatif mereka, termasuk dalam ha pembelian aset di pasar dan suku bunga acuan mendekati 0%.

Pasar surat utang pun sedikit tertekan pada Senin, dengan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tenor 10 tahun (yang menjadi acuan pasar) sedikit menguat ke 1,67%. Kenaikan yield menunjukkan bahwa harga sedang tertekan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dow Futures Naik Tipis, Bursa AS Berpeluang Dibuka Menyamping

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular