Rupiah Loyo tapi Menguat Lawan Dolar Australia, Kok Bisa?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 April 2021 14:57
Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sedang loyo pada hari ini, Senin (12/4/2021), terpuruk melawan dolar Amerika Serikat dan dolar Singapura. Tetapi, melawan dolar Australia rupiah masih mampu menguat. Kemungkinan menurunnya permintaan bijih besi dari China membuat dolar Australia mengalami tekanan.

Melansir data Refinitiv, dolar Australia hari ini sempat melemah 0,37% ke Rp 11.055,41/AU$ di pasar spot.

Analis dari Commonwealth Bank of Australia, Kim Mundy, mengatakan China yang diperkirakan memangkas produksi baja dapat membebani dolar Australia. Ketika produksi dipangkas, maka permintaan bijih besi akan menurun.

Padahal, bijih besi merupakan komoditas ekspor utama Australia, berkontribusi sekitar 15% dari total ekspor. Selain itu, sektor pertambangan juga berkontribusi 10,4% terhadap produk domestik bruto (PDB) Australia, menjadi yang paling besar dibandingkan sektor lainnya.

Bijih besi menjadi salah satu komoditas dengan kinerja terbaik pada tahun lalu, yang menopang penguatan dolar Australia. Sepanjang 2020, dolar Australia mampu menguat nyaris 11% melawan rupiah.

Kenaikan harga bijih besi masih berlanjut di awal tahun ini, pada pertengahan Januari lalu menyentuh level US$ 174,07 per ton, yang merupakan level tertinggi sejak September 2011. Rekor tertinggi harga bijih besi berada di US$ 191,7 per ton yang dicapai pada Februari 2021. Dolar Australia sepanjang tahun ini masih menguat 2,8% melawan rupiah.

Meski demikian, melansir mining.com, harga bijih besi diperkirakan akan terpangkas nyaris setengahnya di akhir tahun nanti, dan perlahan akan terus menurun hingga mencapai US$ 72 per ton pada tahun 2026.

Meski sedang dalam tekanan, tetapi nyatanya pelaku pasar malah menambah posisi bullish dolar Australia. Commodity Futures Trading Commission (CFTC) menujukkan posisi bullish dolar Australia pada akhir bulan lalu berada di level tertinggi sejak November.

Posisi bullish artinya pelaku pasar memperkirakan ke depannya dolar Australia akan kembali menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular