
Ramai-ramai Asing Jual ASII-PWON di Sesi I, Borong ARTO-ERAA

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambruk pada perdagangan sesi I Senin (12/4/2021). Indeks bursa saham acuan nasional tersebut ditutup merosot 1,34% ke level 5.989,06.
Data perdagangan mencatat sebanyak 140 saham menguat, 348 melemah, dan 140 lainnya mendatar. Nilai transaksi pada perdagangan sesi I hari ini mencapai Rp 5,3 triliun.
Investor asing tercatat masih melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 288 miliar di pasar reguler. Namun di pasar tunai dan negosiasi, asing tercatat masuk sebesar Rp 251 miliar.
Ada enam saham yang dilepas oleh investor asing pada perdagangan hari ini, di mana asing masih melepas saham PT Astra International Tbk (ASII) dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Adapun saham-saham yang dilepas oleh investor asing pada perdagangan hari ini adalah:
Ketika IHSG ambruk dan asing masih mencatatkan outflow, ada pula saham yang kembali dikoleksi oleh asing hari ini.
Berikut saham-saham yang dikoleksi asing pada perdagangan Jumat (9/4/2021) hari ini.
Koreksi terjadi di tengah munculnya kabar bahwa vaksin di China tidak memiliki tingkat perlindungan yang tinggi terhadap virus corona (Covid-19). Padahal, sekitar 60% vaksin yang dipakai pemerintah Indonesia dalam program vaksinasi saat ini merupakan produksi China.
Direktur Pusat Pengendalian Penyakit China Gao Fu mengakui bahwa efektivitas vaksin besutan Negeri Panda tersebut saat ini masih rendah, dan pihaknya menjajaki metode pencampuran vaksin untuk memperkuatnya.
"Tidak memiliki tingkat perlindungan yang sangat tinggi," tutur dia dalam konferensi pers pada Minggu malam waktu setempat, di Chengdu. Dia mengakui pihaknya secara resmi masih menjajaki kemungkinan penggunaan vaksin dengan metode berbeda, seperti eksperimen mRNA yang banyak digunakan di Negara Barat.
Dari dalam negeri, investor memantau data penjualan ritel Indonesia bulan Februari. Hingga bulan Januari, penjualan ritel sudah negatif selama 14 bulan beruntun dan pada Februari anjlok 16,4% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Bank Indonesia (BI) memprediksi penjualan ritel Indonesia masih akan mengalami kontraksi di bulan Februari, bahkan sedikit lebih parah, 16,5%.
Di sisi lain, ekspektasi peningkatan penjualan ritel dan konsumsi masyarakat memudar setelah pemerintah melarang aktivitas mudik, yang selama ini memicu peningkatan konsumsi masyarakat di daerah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500