Analisis

Dolar Unggul Segalanya, Rupiah Bakal Lemas 9 Pekan Beruntun?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 April 2021 08:34
Dollar
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah pada pekan lalu membukukan pelemahan 8 pekan beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS), padahal indeks dolar AS sedang merosot tajam. Tekanan bagi rupiah masih besar di pekan ini, sebab dolar AS masih unggul segalanya dibandingkan rupiah, tetapi bukan berarti tidak ada peluang bangkit.

Melansir data Refinitiv, sepanjang pekan lalu rupiah membukukan pelemahan 0,34%, sedangkan total pelemahan selama 8 pekan sebesar 4,37%. Mata Uang Garuda kini berada di level terlemah dalam 5 bulan terakhir.

Indeks dolar AS sepanjang pekan lalu anjlok nyaris 1%, tetapi tidak bisa dimanfaatkan rupiah untuk menguat. Dolar AS ternyata masih menjadi primadona pelaku pasar ketika dihadapkan dengan mata uang Asia, termasuk rupiah.

Hal tersebut terlihat dari survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters.
Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.

Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.

Survei terbaru yang dirilis Kamis (8/4/2021) menunjukkan angka untuk rupiah 0,59, naik dari dua pekan lalu 0,45. Artinya, semakin banyak pelaku pasar yang mengambil posisi jual rupiah. Tidak hanya rupiah, pelaku pasar juga mengambil posisi short semua mata uang Asia, dan lebih memilih dolar AS.

Hal tersebut menunjukkan dolar AS unggul segalanya. Tidak bisa dipungkiri, perekonomian AS di tahun ini diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dari prediksi berkat stimulus fiskal dan moneter serta vaksinasi yang dilakukan dengan cepat.

Data ekonomi AS terus menunjukkan pemulihan yang luar biasa. Data terbaru yang dirilis pekan lalu menunjukkan indeks harga produsen (producer price index/PPI) meroket 4,2% pada bulan Maret. Kenaikan tersebut merupakan yang tertinggi dalam lebih dari 9 tahun terakhir. Selain itu, kenaikan PPI mengindikasikan roda bisnis mulai semakin menggeliat, dan para wirausahawan mulai meningkatkan aktivitasnya.

Di sisi lain, pemulihan ekonomi AS tersebut membuat pelaku pasar semakin berani mengambil risiko yang bisa menjadi keuntungan bagi rupiah. Hal tersebut terindikasi dari penurunan indeks volatilitas (VIX) ke level terendah sebelum virus corona menyerang dunia.

VIX dianggap sebagai indikator ketakutan (fear index), ketika angkanya menurun artinya ketakutan pelaku pasar semakin berkurang. Sementara ketika posisinya menanjak, akan mencerminkan ketakutan para investor dan cenderung menghindari aset-aset berisiko.

Dengan VIX yang kembali ke bawah level 20, atau terendah sejak Februari 2020 lalu, ada peluang investor asing akan kembali mengalirkan modalnya ke negara emerging market yang memberikan imbal hasil tinggi seperti Indonesia. Aliran modal tersebut bisa menjadi tenaga bagi rupiah untuk menguat.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Pola Shooting Star dan Stochastic Bearish Divergence Bisa Bantu Rupiah Menguat

Secara teknikal, tekanan bagi rupiah yang disimbolkan USD/IDR cukup besar setelah berada di atas Rp 14.500/US$.

Rupiah berada di atas rerata pergerakan (moving average) MA 200 hari, sebelumnya juga sudah melewati MA 50 (garis hijau), dan MA 100 (garis oranye). Artinya rupiah kini bergerak di atas 3 MA sehingga tekanan menjadi semakin besar.

Meski demikian, Kamis (1/4/2021) rupiah membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal pembalikan arah, artinya USD/IDR berpotensi bergerak turun dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.

Rupiah memang masih melemah pada pekan lalu, tetapi masih berada di bawah ekor (tail) pola Shooting Star di Rp 14.590/US$. Sehingga pola ini masih bisa menjadi sinyal pembalikan arah.

jkseGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Potensi penguatan rupiah diperbesar dengan munculnya stochastic bearish divergence. Stochastic dikatakan mengalami bearish divergence ketika grafiknya menurun, tetapi harga suatu aset masih menanjak.

Munculnya stochastic bearish divergence kerap dijadikan sinyal penurunan suatu aset, dalam hal ini USD/IDR bergerak turun, atau rupiah akan menguat.

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.500/US$, jika mampu ditembus rupiah berpeluang menguat ke kisaran Rp 14.450-14.470/US$. Penembusan ke bawah level tersebut akan membuka ruang penguatan lebih jauh di pekan ini setidaknya menuju Rp 14.420 hingga 14.390/US$.

Namun, Selama tertahan di atas Rp 14.500/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.590 hingga 14.610/US$. Jika level tersebut dilewati, rupiah berisiko melemah menuju Rp 14.700/US$ di pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular