Investor "Ambil Nafas Dulu", Dow Futures Cenderung Flat

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
09 April 2021 19:58
Wall Street/Brendan McDermid | Reuters
Foto: Wall Street/Brendan McDermid | Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) cenderung flat pada perdagangan Jumat (9/4/2021), setelah kemarin terjadi aksi cetak rekor tertinggi yang baru.

Kontrak futures Dow Jones Industrial Average mengindikasikan reli sebesar 60 poin dan kontrak serupa indeks S&P 500 naik sangat tipis, sementara kontrak Nasdaq tertekan tipis. Saham-saham siklikal terpantau menguat di sesi pra-pembukaan.

Harga saham Carnival Corp naik 1,5% setelah dua kali dinaikkan peringkatnya di pasar di tengah kenaikan permintaan dan potensi dibukanya kembali libur musim panas. Saham JPMorgan tumbuh 0,9%. Sebaliknya, saham teknologi seperti Apple dan Netflix cenderung melemah.

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun naik tipis, setelah sempat bercokol di kisaran 1,6% pada pagi tadi. Saham-saham teknologi menguat sepanjang pekan berjalan menyambut perkembangan tersebut.

Mayoritas indeks saham mengarah pada reli mingguan. Indeks Dow Jones naik nyaris 1,6% sepanjang pekan berjalan, indeks S&P 500 melesat lebih dari 1,9% sedangkan Nasdaq telah terbang 2,5% lebih.

Pada Kamis saja, Dow Jones menguat 57 poin, ditopang saham Apple yang melompat nyaris 2% sedangkan indeks S&P 500 menguat 0,42% dan ditutup pada rekor tertinggi untuk kedua hari berturut-turut. Nasdaq menguat lebih dari 1% berkat saham Amazon, Netflix, Microsoft dan Alphabet (induk usaha Google).

Investor kemarin mengesampingkan rilis data Departemen Tenaga Kerja yang menunjukkan pengajuan klaim tunjangan pengangguran baru pada pekan lalu yang mencapai 744.000 unit. Ekonom dalam polling Dow Jones sebelumnya memperkirakan angkanya hanya 694.000.

Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell menilai pemulihan ekonomi AS "tak merata," mengindikasikan bahwa kebijakan moneter masih akan longgar sampai pemulihan yang lebih agresif dicapai. Imbal hasil obligasi pemerintah AS pun tertekan.

"Pemulihan masih tak merata dan belum lengkap," ujar dia pada Kamis dalam pidato virtual yang diselenggarakan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF). "Ketidakmerataan yang kita bicarakan ini adalah persoalan yang sangat serius."

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dow Futures Naik Tipis, Bursa AS Berpeluang Dibuka Menyamping

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular