Dolar AS Sedang Jadi Primadona, Rupiah Harap Waspada!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 April 2021 16:33
Ilustrasi Dollar
Foto: Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) sedang jadi primadona pelaku pasar jika dibandingkan dengan mata uang utama Asia. Rupiah, bahkan membukukan pelemahan 8 pekan beruntun melawan the greenback.

Tanda dolar AS menjadi primadona pelaku pasar terlihat dari survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters.

Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.

Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.

Survei terbaru yang dirilis Kamis (9/4/2021) kemarin menunjukkan angka positif untuk semua mata uang utama Asia. Artinya, pelaku pasar mengambil posisi jual mata uang tersebut, dan beli dolar AS.

Angka positif rupiah bertambah menjadi 0,59 dari dua pelan lalu 0,45. Pelaku pasar sudah mengambil posisi jual terhadap rupiah sejak 11 Maret, dan semakin besar. Hal tersebut bisa menjadi peringatan bagi rupiah, sebab sejak tahun lalu survei ini konsisten dengan pergerakan rupiah.

Ada 3 mata uang yang posisi jualnya mengalami penurunan, won Korea Selatan dari 0,65 menjadi 0,48, kemudian dolar Singapura serta ringgit Malaysia yang turun menjadi 0,3 dan 0,46.

Survei dari Reuters tersebut menyebutkan perkasanya dolar AS terjadi akibat tanda-tanda pemulihan ekonomi di Negeri Paman Sam yang jauh mengungguli wilayah atau negara lainnya.

Pelaku pasar bahkan mulai melihat peluang bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga di akhir tahun ini. Padahal ketua The Fed, Jerome Powell, berulang kali menegaskan suku bunga 0,25% akan ditahan setidaknya hingga tahun 2023.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat ada probabilitas sebesar 13% The Fed akan menaikkan suku bunga menjadi 0,5% pada bulan Desember 2021. Meski probabilitas tersebut kecil, tetapi terus mengalami kenaikan dari kemarin 10%, dan pekan lalu hanya 5,4%.

Jika data ekonomi AS terus menunjukkan perbaikan, tidak menutup kemungkinan probabilitas tersebut akan semakin meningkat. Apalagi, The Fed sendiri merubah proyeksi pertumbuhan ekonomi AS tahun ini menjadi 6,5% dari prediksi sebelumnya 4,2%.

Besarnya revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut tidak diikuti dengan pembaharuan panduan kebijakan yang akan diambil, sehingga menimbulkan tanda-tanya di pasar, apakah benar The Fed baru akan menaikkan suku bunga di tahun 2023.

"Kebijakan moneter saat ini diterapkan untuk menghadapi ketidakpastian yang ditimbulkan dari krisis Covid-19. Tetapi, dengan perekonomian yang terus menunjukkan perbaikan serta kemajuan dalam vaksinasi membuat sulit untuk memahami bagaimana kebijakan dikalibrasi dengan benar sekarang," kata Bob Miller, head of Americas fundamental fixed income di BlackRock, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (8/4/2021).

"Stance moneter yang darurat masih sama, meski saat ini tidak ada kondisi darurat" tambahnya.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Dolar AS Diramal Masih Kuat Satu Bulan ke Depan

Reuters sebelumnya juga mengadakan polling terkait kinerja dolar AS. Hasilnya, para analis mata uang memprediksi dolar AS masih akan menguat setidaknya satu bulan ke depan.

Dari 56 analis yang disurvei, sebanyak 48 orang atau 85% memperkirakan dolar AS masih akan kuat setidaknya 1 bulan lagi. Dari 48 orang tersebut, sebanyak 11 orang memprediksi penguatan dolar AS akan berlangsung dalam 3 hingga 6 bulan ke depan, sementara 16 orang mengatakan akan berlangsung lebih dari 6 bulan lagi.

Kewaspadaan rupiah layak ditingkatkan, sebab survei tersebut juga menunjukkan sebanyak 58% ahli strategi valas memprediksi mata uang emerging market akan tertekan melawan dolar AS dalam tiga bulan ke depan.

Namun, untuk jangka panjang, survei yang dilakukan Reuters pada periode 26-31 Maret lalu sebanyak 65 ahli strategi valas memprediksi dolar AS akan melemah dalam 12 bulan ke depan.

"Saya pikir kita tidak akan melihat penguatan dolar AS dalam jangka panjang seperti yang kita lihat beberapa tahun yang lalu. Saya pikir kita akan melihat dolar AS bisa menguat sedikit lagi," kata Jane Foley, kepala strategi valas di Rabobank, sebagaimana dilansir Refinitiv, Kamis (1/4/2021).

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular